Mohon tunggu...
Nurul Pratiwi
Nurul Pratiwi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis dan pengembara kehidupan saya sendiri. Tertarik dengan dunia literasi, jurnalistik, fotografi, psikologi, dan kesehatan mental.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Setiap Hari Selalu Hujan

29 Agustus 2024   17:44 Diperbarui: 29 Agustus 2024   17:48 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Persetan semua sakitnya kehidupan itu. Kamu bukan manusia seperti itu, Ratuku," kata Bravo yang ternyata tahu apa yang ada dalam benakku.

"Bukankah hidup memang begitu, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian, Ratuku? Bukankah harus melewati banyak perjuangan, banyak kesakitan dulu, baru akan sampai di titik impian itu semuanya tercapai? Bukankah hidup memang tempatnya bersakit-sakit, berlelah-lelah?" tanya Alpha memastikan.

Aku mengangguk mengiyakan.

"Bertahanlah, Ratuku. Kami semua juga ingin tahu muara hidupmu. Tentu ini dalam konteks yang baik, dari yang simpel hingga paling besar. Semuanya. Kami ada untukmu. Kamu sudah hebat masih hidup sampai detik ini, melakukan hal sejauh ini yang tidak pernah siapapun menyangka kamu melakukannya, termasuk dirimu," titah Foxtrot.

Echo, Delta, Charlie, Bravo, dan Alpha mengangguk serempak mengiyakan kalimat Foxtrot.

Aku merenungi kalimat-kalimat mereka lagi lebih dalam. Memang, tidak ada yang salah dari yang mereka katakan. Mereka juga tahu sudah sebanyak apa usahaku. Mereka juga tahu sudah berapa kali aku menangis karena manusia-manusia di sekitarku, juga karena semua yang terjadi padaku.

"Waktumu ada, Ratuku. Memang semuanya butuh waktu, dan itu tak apa. Allah dan kami semua membantumu memegangi payung paling paling besar itu untuk bisa memayungimu dari hujan badai kehidupan apapun itu. Aku yakin, kamu jadi semakin kuat dan lebih mampu menghadapi hujan badai apapun dalam kehidupan. Aku tahu, tak ada manusia lainnya yang benar-benar membantu memayungi dirimu dari hujan kehidupan, selain kami. Bertahanlah, sekali lagi, sekali lagi, dan seterusnya. Allah, dan kami, ada untukmu," ucap Alpha.

Aku mengangguk mantap mengiyakan, sambil menangis terharu. Mereka memelukku erat. Aku merasakan juga kehangatan dan kedamaian dalam pelukan mereka. Di tengah aku yang butuh solusi konkret, tapi malah tidak mendapatkan yang aku butuhkan, masih ada yang memelukku erat. Allah dan diriku sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun