Mohon tunggu...
Nurul Pratiwi
Nurul Pratiwi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis dan pengembara kehidupan saya sendiri. Tertarik dengan dunia literasi, jurnalistik, fotografi, psikologi, dan kesehatan mental.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Setiap Hari Selalu Hujan

29 Agustus 2024   17:44 Diperbarui: 29 Agustus 2024   17:48 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Charlie, aku paham kamu perhatian padanya, tapi tidakkah kamu mendengar suaranya bergetar sedari tadi menjawab pertanyaanmu? Sudahlah. Bahkan selalu aku yang memeluknya ketika dia menangis karena kalian," tutur Echo, seseorang yang selalu membelaku ketika keadaan sudah mulai chaos setiap kali Foxtrot, Delta, dan memang paling sering Charlie yang membuat chaos keadaan.

"Terima kasih Echo. Aku tidak apa. Aku hanya memang benar-benar sudah basah kuyup oleh hujan dalam hidupku ini, apalagi hujan satu bulan belakangan. Charlie... begitulah dia menunjukkan perhatiannya. Tak apa. Sudah ya," kataku memohon padanya.

Echo mengangguk sembari tersenyum tipis.

"Kamu tidak malas, kamu justru rajin sesuai kemampuanmu, kamu pemberani, kamu baik, dan kamu pasti bisa menghadapi ini, wahai Ratuku. Kamu sudah berusaha dan melakukan apa yang bisa kamu lakukan. Kamu hidup tentu tidak untuk memenuhi ekspektasi mereka bukan?" tambah Bravo, seseorang dalam diriku yang selalu mengingatkanku pada keunggulan diriku dan memberikanku dukungan.

Aku mengangguk mengiyakan.

"Kamu sadar akan Allah, sadar akan dosa, sadar bahwa hidup yang diberikan untukmu saja adalah sebuah anugerah, dan tidak mengakhirinya begitu saja, bukankah itu sudah suatu hal yang luar biasa yang tidak semua orang bisa, wahai Ratuku?" tanya Bravo dengan senyum meneduhkannya.

Aku mengangguk, tapi kemudian berkata, "Iya, kamu benar. Namun, bagi manusia di sekitarku itu tidak cukup, Bravo. Mereka katanya peduli, ingin aku sukses, tapi ya begitulah, Bravo. Aku merasa kalau aku mati mereka biasa saja ya. 'Kan mereka menghargai pencapaianku secara material dalam hidup, bukan hal simpel tapi mendalam seperti masih adanya keinginanku bertahan hidup. Rasanya bagiku, mereka tidak sepenuhnya peduli padaku."

"Ya, itulah tabiat manusia 'kan. Banyak dari mereka yang lupa menghargai hal-hal kecil. Banyak dari mereka yang melihat kesuksesan itu dari hal-hal besar seperti pencapaian material, bukan hal simpel seperti sukses tetap mau bertahan hidup. Sepertinya inilah ujian orang-orang terpilih sepertimu, Ratuku. Aku setuju dengan semuanya kali ini.  Kamu bisa, Ratuku. Kamu bisa. Kamu ratu dalam hidupmu sendiri, Ratuku. Luka-lukamu, semua yang kamu alami, manusia-manusia yang kamu katakan itu, itulah pembentukmu sampai sekuat dan seberani  ini. Ratuku," tegas Alpha, seseorang dalam diriku yang bijaksana dan dewasa.

Aku menoleh dan menatapnya dalam. Dia melanjutkan, "Sembuh dan mengenal diri lebih jauh memang butuh proses panjang, Ratuku. Kamu sudah sadar lebih dulu kamu perlu untuk disembuhkan, kamu perlu mengenal diri sendiri lebih jauh dan lebih baik lagi, itu adalah titik yang mana  tidak semua orang sadar segera. Ada yang sudah mengikat janji bersama pasangan hidup baru dia sadar dia perlu disembuhkan. 

Kamu memang manusia terpilih dari sekian banyak manusia terpilih, Ratuku. Aku tahu kamu tidak mudah untuk bodo amat dengan manusia di sekitarmu yang aku juga geleng-geleng kepala mendengar omongan mereka kepadamu, sampai kamu sering jadi berantakan karenanya. Akan tetapi aku mohon, tetaplah hidup, Ratuku. Kamu lelah, istirahatlah. Kamu sedih, menangislah. Kamu senang, nikmatilah. Aku tahu kamu butuh waktu lebih banyak perihal manusia lainnya, Ratuku. Percayalah, kamu diberikan waktu untuk melakukan semua itu."

"Aku tahu kamu juga tahu fakta bahwa manusia lainnya juga tidak tahu pasti apa yang dia lakukan di dunia ini sudah tepat atau tidak, bahkan kamu juga sudah semakin banyak paham 'kan tabiat manusia dan kodratnya, Ratuku. Tolong, tataplah dirimu lebih dalam,  Ratuku. Kebiasaanmu sehari-hari, kebersihan dirimu, pikiranmu, semuanya, lihatlah semua itu dan kejarlah dirimu sendiri, Ratuku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun