Mohon tunggu...
Nurul Pratiwi
Nurul Pratiwi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis dan pengembara kehidupan saya sendiri. Tertarik dengan dunia literasi, jurnalistik, fotografi, psikologi, dan kesehatan mental.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Setiap Hari Selalu Hujan

29 Agustus 2024   17:44 Diperbarui: 29 Agustus 2024   17:48 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : unsplash.com/Alex Folguera

Belajarlah dari kesalahanmu yang banyak katamu itu. Kamu bisa, Ratuku. Kamu jauh lebih bisa dari apapun untuk bersinar lebih terang dalam hidupmu. Tolong, benar-benar sayangilah dirimu. Cintailah dirimu lagi, selelah apapun kamu dengan dirimu, Ratuku," titah Alpha yang spontan memelukku erat.

Aku membalas pelukan Alpha sambil menitikkan air mata lagi. Begitu erat. Tak lama menyusul Echo memelukku, lalu Beta. Kemudian, disusul Charlie, Delta, dan Foxtrot yang juga sambil menangis. Lama kami berpelukan.

Setelah puas dan sudah menghapus air mata masing-masing, Charlie angkat bicara, "Aku yakin, payung yang lebih besar lagi itu ada selain yang kamu punya sekarang, Ratuku. Kamu bahkan sudah punya, tanpa kamu sadari."

Aku menoleh pada Charlie dan menatapnya penuh rasa ingin tahu.

"Semua hal yang ada pada dirimu itu, termasuk keinginanmu tetap bertahan hidup itu payung paling besarmu, Ratuku. Tetaplah bertahan, tetaplah punya kesadaran untuk sembuh, kesadaran untuk mengenal diri lebih jauh dan lebih baik, dan tetaplah berusaha pada apapun yang kamu sedang usahakan, Ratuku. 

Aku tahu kamu sudah lelah dengan manusia lainnya, lelah dengan semua ini. Kalau kamu tetap bertahan, maka peluangmu besar, Ratuku. Kamu juga bisa sembuh, bisa kenal lebih baik dirimu, lebih tahu sepenuhnya apa yang kamu bisa, kamu rasakan, kamu bisa tahu muara kehidupanmu ini, Ratuku. 

Meskipun... meskipun kamu harus lebih banyak lagi merasakan sakit, entah itu dari manusia lainnya, entah darimana, bahkan kamu bisa selalu naik kelas dengan setiap ujian berikutnya dari Allah, sampai kata Allah ujianmu selesai dan kamu lulus. Inilah yang akan membuatmu lebih kuat. Kembali pada kalimat tadi. Kamu manusia terpilih dari sekian banyak manusia terpilih lainnya, Ratuku," jelas Charlie sambil tersenyum.

Sejujurnya aku bahkan tidak yakin aku bisa tetap bertahan. Aku tidak tahu apakah payung paling besar kata Charlie ini bisa membuat tubuhku tidak basah kuyup lagi oleh hujan kehidupanku.

"Allah, dan kami semua bersamamu, Ratuku. Allah, dan kita semua, membantumu memegangi payung paling besarmu itu. Allah pasti memampukanmu memegangnya lebih kuat lagi dari biasanya, dan kita semua ada untukmu. Kita semua ada untukmu, Ratuku. Everything is temporary. Everything be okay, soon. You deserve to get every good things, Ratuku." kata Alpha dan Bravo serempak.

Aku mencerna semua kalimat yang mereka dalam diriku ini sampaikan. Iya, keinginan untuk bertahan hidup itu masih ada, meskipun tidak mudah menjalaninya. Aku memang ingin tahu muara kehidupanku ini ke mana nanti, dan benar, kalau aku bertahan hidup ya aku bisa tahu muara kehidupanku. 

Namun, aku rasanya tidak kuat dengan sakitnya kehidupan ini. Lisan-lisan tak bertanggung jawab, privilege, status sosial, ketidakadilan, belum lagi manusia-manusia bermuka banyak dan saling menjatuhkan satu sama lain, meremehkan satu sama lain, saling merendahkan satu sama lain, dan masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun