Mohon tunggu...
Nol Deforestasi
Nol Deforestasi Mohon Tunggu... Petani - profil
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nusantara Hijau

Selanjutnya

Tutup

Money

Pipa Gas Bawah Laut Blok Masela Ancam Ekosistem Terumbu Karang Maluku

20 November 2015   15:03 Diperbarui: 23 November 2015   10:41 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata, bukan hanya ekosistem darat yang akan rusak akibat pembabatan hutan 800 hektar untuk bangun OLNG. Ekosistem perairan, khususnya Terumbu Karang juga akan rusak akibat pembangunan jaringan pipa gas bawah laut sejauh 150 kilometer dari Blok Masela Abadi ke Pulau Yamdena.

Gugus Kepulauan Tanimbar yang terdiri dari Pulau Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Larat, Pulau Setu, Pulau Wuliaru dan sejumlah pulau kecil lainnya, merupakan salah satu areal Terumbu Karang penting di kawasan Indonesia Timur. Menjadi bagian dari jejaring ekosistem Terumbu Karang laut Banda dan berbatasan dengan jaringan Terumbu Karang Laut Arafura hingga ke Australia. Kawasan Indonesia hingga Australia memang kerap disebut kawasan Segitiga Emas Terumbu Karang.

Peta Google Earth di atas jelas memperlihatkan secara kasat mata bahwa gugus Kepulauan Tanimbar, seluruhnya dikelilingi areal Terumbu Karang (lihat areal warna biru muda). Pipa gas bawah laut mau masuk OLNG di Pulau Yamdena lewat mana? Harus babat Terumbu Karang.

Pola penangkapan ikan saja bisa mengancam habitat Terumbu Karang, sebagaimana menjadi perhatian WWF di Kepulauan Tanimbar. Apalagi pembangunan jaringan pipa bawah laut yang harus melalui areal Terumbu Karang agar bisa masuk ke Pulau Yamdena.

Simpel saja, pembangunan jaringan kabel Telkom dan PLN di jalan raya perkotaan saja harus merusak pinggiran jalan terlebih dahulu. Apalagi membangun jaringan pipa gas bawah laut di areal Terumbu Karang. Harus ada Terumbu Karang yang ‘dibunuh’ kan.

Ingat, Terumbu Karang adalah makhluk hidup. ‘Membunuh’ Terumbu Karang bisa dianggap sama dengan membunuh seekor kucing. Tega?

perti saya tekankan kemarin, saya tidak bela OLNG maupun Kilang LNG Terapung  atau FLNG. Saya tegas menolak memakai kacamata ekonomi dalam menganalisa kilang mana yang lebih baik untuk Blok Masela Abadi. Ada faktor yang lebih penting dan harus didahulukan sebelum bicara uang, keuntungan dan aspek keuangan lainnya. Faktor kunci tersebut ialah faktor kelestarian lingkungan, dalam arti tidak merusak alam dan ekosistem manusia, flora dan fauna yang hidup di sekitarnya 

Faktanya, Ekosistem Darat di Pulau Yamdena, karena posisi geologisnya di daerah patahan, lapisan tanahnya tipis, amat sangat bergantung pada kawasan Hutan guna menjaga kesuburan tanah dan ketersediaan air. Hajat hidup manusia, flora dan fauna di Pulau Yamdena jadi taruhan kalau tetap memaksa babat hutan seluas 800 hektar demi bangun Kilang LNG Darat (OLNG).

Faktanya lagi, Ekosistem Laut di Pulau Yamdena dan Kepulauan Tanimbar yang dikelilingi Terumbu Karang serta tengah terancam dan menjadi perhatian WWF, bisa makin rusak Terumbu Karangnya demi membangun jaringan pipa gas bawah laut sepanjang 150 kilometer (mengalirkan gas dari Blok Masela Abadi ke Kilang LNG Darat di Pulau Yamdena). Merusak Terumbu Karang berarti menghancurkan ekosistem Biota laut.

Alangkah baiknya semua pihak mengesampingkan dulu aspek-aspek keuangan dalam menganalisa polemik Kilang LNG Blok Masela Abadi di Pulau Yamdena.

Lihat dengan akal dan hati anda sebelum bicara melulu soal duit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun