Komitmen dan Konsistensi
      Para peneliti mengatakan bahwa ketika individu telah merasa komit dengan perilaku tertentu, ia akan sering mengadopsi sebuah identitas yang konsisten dengan perilaku tersebut, dan hasilnya adalah perubahan perilaku jangka panjang. Di dalam teori disonansi kognitif Festinger, dijelaskan bahwa kita akan merubah sikap kita di dalam usaha untuk mengurangi ketidaknyamanan yang terasosiasi dengan pengalaman inkonsistensi.
      Pallak, Cook, dan Sullivan (1980) menguji bagaimana komitmen mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dipersuasi dalam hal perubahan konsumsi energi. Mereka mengambil beberapa pemiliki rumah untuk menjadi kelompok eksperimental. Pallak dkk mengatakan bahwa nama mereka akan dipublikasikan di koran. Dalam sebulan, kelompok eksperimental tersebut dipisahkan dengan kelompok kontrol (yang tidak diberi janji terkait publikasi nama).Â
Setelah itu Pallak dkk memberi tahu mereka bahwa mempublikasikan nama mereka ke dalam koran menjadi hal yang tidak mungkin untuk dilakukan dan penelitian tentang pengurangan penggunaan energi telah selesai. Meskipun demikian, kelompok eksperimental tersebut tetap melakukan aktivitas hemat energi dengan komitmen mereka.
      Meskipun pada awalnya ILM merupakan mekanisme yang cukup kurang untuk menghasilkan komitmen, ILM dapat menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan komitmen audien terhadap isu. Satu kemungkinan yang dapat dilakukan adalah mendorong audien untuk bekerja sama dengan organisasi sponsor untuk sticker bumper, magnet refrigerator, atau t-shirt sebagai deklarasi kampanye. Kegiatan ini akan merepresentasikan komitmen audien terhadap isu. Dari paparan ini dapat dikatakan bahwa para audien merupakan komunikator interpersonal yang dengan jelas menginternalisasikan dukungan mereka terhadap isu.
Tuntunan Keseluruhan untuk ILM Prolingkungan
      Ada beberapa model yang dirumuskan oleh banyak peneliti untuk membuat ILM prolingkungan yang tepat. Akan tetapi, Bator dan Cialdini merekomendasikan tiga model, yakni matrik input/ output dari McGuire, model kemungkinan elaborasi dari Petty dan Cacioppo, serta daftar terkonstruksi oleh Atkin dan Freimuth.
      Langkah pertama adalah masuk ke dalam fase preproduksi, di mana harus ada fokus pada target populasi. Latar belakang sikap dan perilaku target harus diteliti secara detail untuk menentukan isu yang relevan dan sesuai, agar persuasi berjalan dengan tepat.     Lalu, pada fase pengembangan, desainer harus mulai dengan tahap pertama dari pretesting. Di tahap ini bisa digunakan metode focus group interview atau theater testing seperti apa yang digagas oleh Atkin dan Freimuth.  Audien akan diberi beberapa pertanyaan yang terkait dengan kualitas pesan dan hubungannya dengan audien, yang merepresentasikan gagasan respon dari McGuire.
      Dalam tahap pretesting di fase eksekusi pesan, pesan yang lengkap dipresentasikan kepada audien (sebagai sampel) dalam bentuk permulaan. Pertanyaan yang telah diajukan di fase pengembangan akan diulang di tahap ini. Dari sini akan dapat diketahui apakah pesan itu memiliki nilai yang kuat atau tidak. Pesan yang dirumuskan tidak boleh terlalu spesifik. Harus ada pertimbangan mengenai gangguan, aktivitas penyimpanan informasi di dalam memori oleh audien, dan penggunaan isyarat untuk menciptakan pesan yang terus diingat oleh audien.
Â
Sumber: