Mohon tunggu...
Nofri Migo
Nofri Migo Mohon Tunggu... -

Saya sudah selesai, sebelum Anda memikirkannya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berkaca pada Masa Lalu

29 Januari 2016   18:36 Diperbarui: 29 Januari 2016   20:17 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setiap manusia pasti punya masa lalu, dan pendosa pun pasti punya masa depan. Semua orang pasti punya masa lalu, baik itu menyenangkan ataupun tidak. Suka atau tidak, masa lalu pasti akan selalu kita ingat dan sudah ada rekamannya dalam memori kita. Bukan berarti orang yang tidak pernah melakukan dosa tidak memiliki masa lalu. Sejatinya masa lalu bukanlah untuk didiamkan, dikenang, atau di ingat-ingat. Apalagi kalau masa lalu tersebut terasa pahit, tentu kita tidak ingin dan berharap untuk mengulanginya dan bahkan mengingatnya.

Pernahkan Anda mendengar pepatah yang mengatakan “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali.” Pepatah ini adalah suatu ungkapan kebodohan seseorang yang tidak mau mengambil hikmah dari kesalahan yang sama. Padahal, Nabi Muhammad saw  melarang kita berperilaku seperti keledai, seperti sabda-Nya “Seorang mukmin tidak boleh dua kali jatuh dalam lubang yang sama”.

Bagaimana dalam kenyataannya? Ternyata banyak yang lebih parah, yaitu orang yang jatuh berkali-kali pada lubang yang sama, lebih dari dua kali. Disisi lain, banyak orang yang merasa tidak pernah jatuh dan dia merasa pintar, padahal dia tidak jatuh sebab dia berada di lubang sehingga tidak mungkin jatuh lagi, kecuali ada lubang di dalam lubang.

Kita manusia sebagai mahkluk ciptaan yang mulia tentu jauh lebih baik dan pintar dibandingkan seekor keledai. Hewan berkaki empat yang kerjanya hanya makan, jalan, dan tidur  pada diri kedelai, tentu kita jauh lebih cerdas dibandingkan mereka.

Sepanjang hidup kita penuh dengan pembelajaran dan pelajaran-pelajaran kehidupan ini akan terus berjalan hingga kita tutup usia. Sayangnya di tengah jalan tanpa sengaja kita masuk pada sebuah lubang masalah dan kemudian bangkit tapi bodohnya kita malah lengah dan terjerumus lagi pada lubang yang sama dengan sebelumnya. Hanya kata penyesalan yang terdengar di akhir peristiwa.

Siapakah yang lebih pintar, keledai atau manusia ?

Hanya keledai yang akan mengulangi kesalahannya yang lalu. Bodohnya manusia malah mengikuti jejak keledai, sering kali tidak berpikir panjang dalam melangkah. Lagi, lagi dan lagi masih saja berkutat pada kebodohannya.

Setiap hal negatif pasti ada hal positif, namun, apakah semua yang ada pada diri keledai adalah bernilai negatif. Ternyata jawabannya adalah tidak semua hal tentang keledai itu adalah negatif. Janganlah pula kita lupa, masih ada peribahasa lainnya tentang keledai dan itu adalah sebuah pribahasa yang menggambarkan tentang sisi positif tentang keledai: ”Keledai tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.” Peribahasa itu berarti sebodoh-bodohnya keledai, binatang itu toh belajar dari pengalaman.

Kegagalan atau kemalangan yang diterima oleh keledai mampu ia jadikan sebagai pelajaran hidup agar tidak terulang lagi dilain kesempatan di masa yang akan datang. Keledai belajar dari sejarah. Anehnya, manusia (Homo Sapiens “manusia yang berpikir”) yang katanya memiliki otak untuk berpikir justru terkadang masih suka mengulangi kesalahan yang sama. Belajar dari sebuah kesalahan untuk akhirnya tidak lagi mengulangi kesalahan tersebut adalah salah satu hal tersulit yang harus dihadapi dalam hidup.

 

Namun, nyatanya seekor binatang yang sudah diidentikkan sebagai binatang bodoh mampu mengungguli kita (manusia) dalam hal yang satu ini. Agaknya kita malu dan menjadi terpacu, keledai saja bisa mengapa kita yang diberikan kemampuan untuk berpikir tidak dapat melakukan hal yang sama atau mungkin lebih baik lagi dari apa yang dilakukan oleh keledai. Masihkah kita menyebut binatang yang satu ini dengan sebuatan binatang bodoh? Layaknya kita berkaca dulu pada diri sendiri.

Tak hanya itu, keledai ternyata masih memiliki kelebihan lainnya yang dapat kita petik hikmah darinya. Tidak ada yang memungkiri bahwa keledai merupakan binatang pekerja berat. Dia bukan pemalas, tetapi hanya tampak malas. Walaupun keledai adalah binatang yang lambat, tetapi ia adalah jenis binatang yang mampu menerima dan menahan beban apapun selama keempat kakinya masih mampu menahan beban yang dipikulnya. Dan semua tugas hampir selalu ia tuntaskan dengan baik. Sifat ini sangat berbeda dengan sifat saudara sejenisnya, kuda. Kuda ternyata sangat memilih-milih dalam bekerja. Ketika kuda tidak suka dengan suatu pekerjaan, maka kuda mungkin saja akan (terlihat) memberontak dan menolaknya.

Keledai jelas mempunyai ketahanan kerja tinggi. Andaikan kita mampu bersikap seperti keledai saat kita menghadapi segala tantangan serta beban hidup kita. Maka, tentu tidak akan ada orang-orang yang tidak memiliki masa depan. Hal itu karena setiap orang akan memiliki sikap kerja keras dan tidak mudah menyerah. Bayangkan, kekuatan seekor keledai dalam sehari ternyata setara dengan perjalanan sejauh 30 kilometer. Meski lambat, keledai konsisten memenuhi panggilannya. Dia tidak pernah mutung. Nah, layaknya hal-hal positif keledai ini mampu menjadi bahan renungan untuk kemudian mampu kita adaptasi dan diimplementasikan dalam kehidupan kita sebagai homo sapiens.

Sehingga jangan pernah kita menyerah atau merasa kalah atas apa yang sekarang ada pada diri kita, buktikan bahwa kita juga memiliki banyak segi positif pada diri kita. Manusia terkadang merasa rendah diri ketika menyadari kekurangan yang ada pada dirinya. Sehingga hal itu membuatnya menjadi sulit berkembang, ada baiknya kita tidak lagi meratapi hal-hal semacam itu. Ingatlah bahwa setiap orang pastinya memiliki potensi. Adalah orang-orang yang sukses apabila mereka berhasil menemukan potensi yang ada dalam dirinya, walaupun itu terjadi disaat yang sudah sangat terlambat atau diwaktu tidak tepat. Tidak ada satupun hal negatif yang tidak diiringi dengan sesuatu yang positif disekitanya. Percayalah pada kemampuan kita sendiri, potensi hanya bisa dimunculkan dengan kerja keras. Tanpa kerja keras dan percaya pada diri sendiri, maka yang muncul hanyalah keputusasaan. Bersemangatlah untuk menemukan potensi diri. Ingatlah, bahkan keledai saja memiliki banyak potensi.

Ada juga pepatah mengatakan, orang-orang besar tidaklah mempermasalahkan masa lalu. Tapi mereka mengikhlaskan masa lalu. Masa lalu ada, baik atau buruk adalah pembelajaran untuk kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Ada yang terasa pahit dan selalu diingat, tapi tidak semuanya mau mengambil hikmah dan belajar darinya. Kebanyakan dari kita lebih terfokus pada apa yang dirasa (luka masa lalu) dari pada terfokus pada hikmah dibalik masa lalu tersebut.

Terkadang kita diuji dalam kesalahan agar kita tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tidak ada kebenaran kalau tidak ada kesalahan. Begitupun dengan masa lalu. Yang terpenting, jangan menilai seseorang hanya dari masa lalunya saja. Tapi lihatlah perubahannya sekarang. Bisa jadi mereka yang dulunya salah sekarang telah menjadi soleh dan bahkan lebih soleh dari pada kita.

Sampai kapanpun kita pasti selalu ingat pada masa lalu yang kita alami, terlebih masa lalu itu terasa pahit oleh kita. Namun layaknya jamu, meskipun pahit tapi bisa menyembuhkan, selama kita mau berubah. Masa depan itu misteri, dan kita tidak perlu mengkhawatirkan hari esok. Sebab yang pasti adalah masa lalu yang sudah terjadi. Jika kita tidak mampu berdamai dengan masa lalu, sampai kapanpun kita akan dihantui rasa bersalah dan rasa penyesalan. So, masa lalu itu masalah lu.

Pengalaman adalah guru terbaik. Begitulah banyak orang mengungkapkan. Pengalaman mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus menjalani hidup diwaktu yang akan datang.

Dilihat dari namanya, pengalaman adalah persetubuhan antara alam dan panca indra kita. Pengalaman memungkinkan seseorang untuk tahu akan sesuatu. Hasil tahu ini kemudian dinamakan dengan pengetahuan. Artinya, pengalaman mengajarkan kepada kita banyak pengetahuan. Semakin banyak pengalaman yang kita peroleh, semakin banyak pengetahuan kita dapatkan. Pengalaman mengajarkan kepada kita tentang banyak nilai kehidupan. Jika hari ini kita dimarahi atasan kita karena datang terlambat, maka esok kita akan berangkat lebih pagi lagi agar tidak terlambat. Begitulah pengalaman mengajari kita, meskipun tanpa ada kata dan tulis.

Meski begitu, pengalaman hanya akan menampakkan nilainya jika mau merenung, instropeksi diri, dan berevaluasi. Jika tidak, maka bisa jadi pengalaman tidak akan memberikan nilai apa-apa, selain hanya sebuah rentetan peristiwa.

Tidak enak memang rasanya jika kita masih harus jatuh pada lubang yang sama yang sudah kita buat sebelumnya. Apalagi, jika pihak-pihak yang ada disekitar kita menyalakan dan semakin menyudutkan kita. Maka, tak bisa dielakkan lagi, setiap lubang yang telah kita buat harus segera kita tutup. Dan, instropeksi, perenungan, evaluasi adalah jalan terbaik untuk menutup lubang-lubang itu, meski barangkali suatu hari nanti lubang itu akan terbuka lagi, untuk kemudian kita tutup kembali dengan kebijaksanaan yang semakin tinggi

Hidup adalah perjalanan panjang. Buatlah terminal untuk berhenti sejenak. Agar tak ada yang perlu disesali karena kesalahan yang terjadi berulang kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun