Setiap manusia pasti punya masa lalu, dan pendosa pun pasti punya masa depan. Semua orang pasti punya masa lalu, baik itu menyenangkan ataupun tidak. Suka atau tidak, masa lalu pasti akan selalu kita ingat dan sudah ada rekamannya dalam memori kita. Bukan berarti orang yang tidak pernah melakukan dosa tidak memiliki masa lalu. Sejatinya masa lalu bukanlah untuk didiamkan, dikenang, atau di ingat-ingat. Apalagi kalau masa lalu tersebut terasa pahit, tentu kita tidak ingin dan berharap untuk mengulanginya dan bahkan mengingatnya.
Pernahkan Anda mendengar pepatah yang mengatakan “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali.” Pepatah ini adalah suatu ungkapan kebodohan seseorang yang tidak mau mengambil hikmah dari kesalahan yang sama. Padahal, Nabi Muhammad saw melarang kita berperilaku seperti keledai, seperti sabda-Nya “Seorang mukmin tidak boleh dua kali jatuh dalam lubang yang sama”.
Bagaimana dalam kenyataannya? Ternyata banyak yang lebih parah, yaitu orang yang jatuh berkali-kali pada lubang yang sama, lebih dari dua kali. Disisi lain, banyak orang yang merasa tidak pernah jatuh dan dia merasa pintar, padahal dia tidak jatuh sebab dia berada di lubang sehingga tidak mungkin jatuh lagi, kecuali ada lubang di dalam lubang.
Kita manusia sebagai mahkluk ciptaan yang mulia tentu jauh lebih baik dan pintar dibandingkan seekor keledai. Hewan berkaki empat yang kerjanya hanya makan, jalan, dan tidur pada diri kedelai, tentu kita jauh lebih cerdas dibandingkan mereka.
Sepanjang hidup kita penuh dengan pembelajaran dan pelajaran-pelajaran kehidupan ini akan terus berjalan hingga kita tutup usia. Sayangnya di tengah jalan tanpa sengaja kita masuk pada sebuah lubang masalah dan kemudian bangkit tapi bodohnya kita malah lengah dan terjerumus lagi pada lubang yang sama dengan sebelumnya. Hanya kata penyesalan yang terdengar di akhir peristiwa.
Siapakah yang lebih pintar, keledai atau manusia ?
Hanya keledai yang akan mengulangi kesalahannya yang lalu. Bodohnya manusia malah mengikuti jejak keledai, sering kali tidak berpikir panjang dalam melangkah. Lagi, lagi dan lagi masih saja berkutat pada kebodohannya.
Setiap hal negatif pasti ada hal positif, namun, apakah semua yang ada pada diri keledai adalah bernilai negatif. Ternyata jawabannya adalah tidak semua hal tentang keledai itu adalah negatif. Janganlah pula kita lupa, masih ada peribahasa lainnya tentang keledai dan itu adalah sebuah pribahasa yang menggambarkan tentang sisi positif tentang keledai: ”Keledai tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.” Peribahasa itu berarti sebodoh-bodohnya keledai, binatang itu toh belajar dari pengalaman.
Kegagalan atau kemalangan yang diterima oleh keledai mampu ia jadikan sebagai pelajaran hidup agar tidak terulang lagi dilain kesempatan di masa yang akan datang. Keledai belajar dari sejarah. Anehnya, manusia (Homo Sapiens “manusia yang berpikir”) yang katanya memiliki otak untuk berpikir justru terkadang masih suka mengulangi kesalahan yang sama. Belajar dari sebuah kesalahan untuk akhirnya tidak lagi mengulangi kesalahan tersebut adalah salah satu hal tersulit yang harus dihadapi dalam hidup.
Namun, nyatanya seekor binatang yang sudah diidentikkan sebagai binatang bodoh mampu mengungguli kita (manusia) dalam hal yang satu ini. Agaknya kita malu dan menjadi terpacu, keledai saja bisa mengapa kita yang diberikan kemampuan untuk berpikir tidak dapat melakukan hal yang sama atau mungkin lebih baik lagi dari apa yang dilakukan oleh keledai. Masihkah kita menyebut binatang yang satu ini dengan sebuatan binatang bodoh? Layaknya kita berkaca dulu pada diri sendiri.