Mohon tunggu...
Nofika Shafira
Nofika Shafira Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Kak, Jangan Ledekin Adek, Adek Malu!"

26 September 2020   19:35 Diperbarui: 26 September 2020   20:15 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hay aku Nofika, seorang mahasiswi di salah satu kampus yang terletak di kota malang, orang-orang menyebutnya dengan sebutan kampus ulul albab. aku sekarang duduk di bangku semester 5, di mana yang katanya orang semester 5 adalah semester yang sangat menguras fikiran, jiwa, jasmani dan apapun aku tak tahu lagi hehe. 

satu semester ini aku habiskan di rumah, tidak ada presentasi di kelas, tidak ada pembelajaran di kelas, tidak bisa bertemu dengan teman-teman, dan tidak bisa juga makan di kelas saat jam pergantian mata kuliah huhuhu :( menyedihkan sekali. 

apalagi pada saat ini ibu bapak dosen yang sangat mengoptimalkan pemberian tugas sebagai pengukur pembelajaran yang kita lakukan dirumah. sedangkan saat kita dirumah tidak hanya berstatus sebagai mahasiswa, namun juga sebagai anak gadis apalagi rumahku berada didesa yang status sosialnya jauh sekali dengan dunia perkampusan. 

jika aku selalu memegang elektronik pasti tetangga-tetanggaku berpandangan negative tentang aku, padahal hanya untuk sekedar belajar. eits.. kok malah jadi curhat si aku haha, oke-oke lanjut ceritanya. 

aku mempunyai seorang adik perempuan yang sekarang masih duduk di bangku sekolah dasar. dia sangat aktif sekali sampai-sampai jika aku sedang nugas atau kuliah dia pasti kepo sama yang aku lakuin. dia hobby menyanyi tapi dia malu hehe.

terkadang ketika ada dia aku pura-pura konsentrasi nugas dan dia nyanyi dong hehe tapi saat dia nyanyi aku sorakin dia langsung kabur sembunyi dari aku haha.

terkadang aku sempat berfikir, anak seperti dia yang sangat aktif dan seperti tidak punya malu tapi kenapa saat dia menunjukkan bakatnya dia justru malu dan tidak mengakui jika dia punya bakat bernyanyi ketika aku ledekin. 

lalu aku tanya ke ibuku, "si adek emang suka nyanyi ya bu? tapi kenapa kok dia malu kalo nyanyi kan suaranya dia bagus?" dan ibuku menjawab "iya emang suka nyanyi, apalagi kalo dia lagi sendiri, pasti dia nyanyi" dari jawaban ibuku tadi aku merasa jika adiku itu kalo nyanyi di depan ibuku biasa saja tidak ada malu-malunya gitu, tapi kenapa saat di depanku dia kayak maluu banget.

aku pun sangat penasaran dengan apa yang sebenernya terjadi ketika dia bersamaku, padahal sepertinya tidak terjadi apa-apa, kita juga akrab ngobrol bareng juga nyambung tapi kenapa jika ada aku dia seperti tidak berani menunjukkan bakatnya gitu, hingga muncul pertanyaan dari benakku "emang ada yang salah ya denganku?"

menurut American Psychological Association (APA) malu merupakan sikap yang disebabkan oleh adanya rasa cemas dan kesadaran diri yang berlebihan serta evaluasi diri yang negatif dalam merespond interaksi sosial sesungguhnya atau yang diimajinasikan.

aku sadari memang aku jarang banget di rumah, mungkin aku di rumah hanya pada saat liburan dan itu pun hanya sebentar, terkadang hanya 1 bulanan sampe 3 bulanan saja selain itu aku di malang.

dari dulu pun aku sudah jarang di rumah, aku mondok selama 6 tahun yang ku tempuh mulai sejak aku kelas 1 MTs hingga kelas 3 MA sehingga aku dan adikku kurang mempunyai waktu bersama. mungkin hal itu yang membuat adikku masih merasa asing kepadaku.

dulu pernah sih adikku bernyanyi di depanku yaa aku ledekin sedikit gitu sampe dia ngambek, mungkin hal itu juga yang membuatnya menghindar jika ada aku saat dia bernyanyi. 

anak-anak memang cenderung mudah merasa malu jika bertemu dengan situasi atau hal yang tidak biasa baginya. sebenernya tidak ada yang salah sih jika anak-anak mempunyai sifat malu sebab hal itu terbilang sangat lumrah dan wajar terjadi.

namun jangan sampai sifat malu yang dimiliki sang anak mengganggu kehidupan sosialnya, jika hal ini terjadi orang tua perlu membantu menumbuhkan keberaniannya. anak pemalu biasanya lebih mandiri, bijaksana, dan mudah berempati. hanya saja anak yang terlalu pemalu bisa mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. 

menurut seorang pakar psikologis yang bernama Carl Pickhardt, ada 5 cara meningkatkan rasa percaya diri anak, yaitu;

1. puji usaha anak, berhasil atau tidak

aku sekarang sadar mungkin leluconku membuat adikku tidak merasa percaya diri. yaa sekarang aku juga sadar sih kalo aku salah  hehe, ga seharusnya aku begitu ke anak kecil apalagi saat dia mulai menampakkan bakatnya yang sebaiknya kita lakukan sebagai kakak adalah memujinya, menyemangatinya dan juga mendukungnya supaya lebih baik lagi dalam mengembangkan bakatnya.

2. dorong anak melalui latihan 

seperti yang telah aku tulis di atas, pakar Carl menyimpulkan bahwa sudut pandang kita terhadap proses tumbuh kembang anak seharusnya diarahkan pada proses yang dilaluinya ketimbang hasil yang didapatkannya nanti. jadi perbanyak pengalaman anak melalui latihan-latihan, suaya anak tidak merasa minder yang nantinya membuatnya merasa malu. 

3. biarkan anak mencoba 

berikan dia waktu untuk mempelajarinya, biarkan anak mencoba mengasah sendiri kemampuannya. kita sebagai orang dewasa jangan langsugng membenarkan jika mereka ada salahnya ketika mereka belajar. 

biarkan si anak mencoba terlebih dahulu dengan dampingan kalian. hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri secara otomatis dimana anak akan berani dan percaya pada kemampuannya untuk memecahkan suatu masalah. 

4. ciptakan suasana yang sesuai dengan umurnya 

lingkungan dan gaya hidup yang sesuai dengan umur dan karakter seseorang berperan penting juga dalam mempertahankan rasa percaya diri. hal tersebut turut dirasakan dalam dunia anak-anak kecil seperti adikku tadi. 

coba misalnya adikku aku suruh lagu-lagu yang bernuansa cinta atau rohani, pasti dia merasa kesulitan baik dalam penghayatan lagu maupun dalam mengekspresikannya. 

5. bimbing dan ajar anak

melihat penjelasan pada poin-poin sebelumnya yang digagaskan seendiri oleh pakar Carl, kita mungkin mengamsumsikan bahwa upaya mendorong rasa percaya diri anak dibangun dari hal-hal yang bersifat eksternal. 

dalam hal ini ditegaskan bahwa dalam meningkatkan bakat seorang anak tidak hanya mengawasi atau memperhatikannya bahkan sebaiknya kita membimbing dan mengajarnya serta memancingnya misalnya aku sebagai kakak yang mempunyai adik berkemampuan menyanyi dalam memancingnya aku harus bernyanyi terlebih dulu supaya adikku terpancing dan akhirnya mengikutiku tanpa dia merasa malu. 

dari sini aku sadar bahwa suatu hal yang sepele bagi kita itu bisa berakibat besar bagi diri orang lain apalagi kepada anak kecil seperti adikku tadi. padahal niatku hanya ngeledekin tapi ternyata bisa membunuh rasa percaya diri yang dia miliki bahkan bakatnya sekalipun. dari tulisanku ini semoga adikku mengetahui bahwa aku sudah menyadari kesalahanku hehe. aku sekarang juga udah berusaha menebus kesalahanku tadi dengan menerapkan tips-tips di atas kok. 

dibuat pelajaran aja buat kalian yang punya adik masih anak-anak, jangan ganggu dia ketika dia mulai mengasah kemampuan atau bakatnya mungkin bagi kita kaum remaja sebuah lelucon itu biasa saja tapi bagi anak-anak hal itu bisa mempengaruhi rasa percaya dirinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun