Tangan kami pun saling mendekat dan menyatu.
Saat aku berhasil berdiri, tiba-tiba saja gadis ini bertanya, “Cita-cita mu apa, Iyan?” Dia sering sekali menanyakan ini, padahal dia tahu aku susah menjawab pertanyaan ini atau dia bertanya agar bisa memamerkan cita citanya.
“Aku mau menjadi orang yang menyelamatkan banyak orang. Aku ingin menjadi pahlawan.” Aku menjawab ini karena terlihat keren.
“Wah keren. Kalau aku ingin menjadi polwan.”
Iya, dia sudah menyatakan berkali-kali kalau ingin menjai polwan.
“Nanti kita bisa bekerjasama untuk menyelamatkan orang.” Ucap gadis itu sambil membuat bentuk pistol dengan tangannya dan membidik ke arahku.
“Iya, tapi aku yang akan menyelamatkan lebih banyak orang.” Ucap ku.
“Ihhh, aku.”
“Aku.”
“Pasti aku!”