Aku terjatuh.
Aku tak bisa bergerak.
Pandangan ku kabur, darah mengotori baju dan tanah tapi aku masih bisa melihat siluet Reva mendekatiku.
“Ahk ... Sakit.” Reva berusaha menyadarkan kepalaku di pahanya.
“Iyan ... Ke-kenapa? Kenapa kamu melakukan ini?” Dia menangis. Aku bisa melihatnya, melihat air matanya, karena hujan mulai mereda.
Darah terasa mengalir keluar mencari kebebasan dari tubuhku.
“M-maafkan aku, Iyan.” Suaranya tenggelam dalam kesedihan.
“Reva, ja-ja-jangan ... “ Reva, jangan minta maaf. Itulah yang ku ingin katakan.
“Ti-ti-ugh ... Tidak apa-apa.” Aku berusaha menjulurkan tanganku, apakah dia masih ingin menggapai tangan ku?
Clap