Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Polo Pendem

3 Februari 2019   11:28 Diperbarui: 3 Februari 2019   12:36 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

POLO PENDEM

Oleh : Junus Barathan

Sudah jarang kita temukan makanan tradisional Polo Pendem yang menjadi ciri khas di negeri ini. Makanan rakyat sejak dulu kala yang diambil dari dalam tanah sejenis akar atau umbi-umbian yang layak untuk dimakan seperti, ketela pohon, ketela rambat, talas, bentol, ganyong, kacang tanah, dan masih banyak yang lainnya. 

Ternyata setelah dilakukan penelitian  banyak sekali jenis bahan makanan yang berasal dari umbi-umbian ini tergolong bahan makanan yang sangat baik bagi kesehatan tubuh. Wow... mantap.

Makanan jenis umbi-umbian polo pendem ini pada sekitar tahun 1960, sempat menjadi bahan makanan pokok hampir di seluruh wilayah Nusantara. Pada tahun tersebut bahan makanan pokok beras menjadi sangat langka karena terserang hama tikus, sehingga bahan makanan pokok masyarakat berubah dari beras menjadi umbi-umbian. 

Sementara pada jaman now makanan jenis umbi-umbian ini mulai di kesampingkan dan juga makanan ini beralih posisi dari makanan pokok menjadi makanan camilan. 

Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, masih menjadikan polo pendem sebagai bahan makanan yang disajikan pada saat upacara adat, demikian pula dibeberapa daerah yang lain. Oleh karena itu polo pendem masih dibutuhkan oleh masyarakat. 

Tanaman jenis umbi-umbian ini banyak banyak kita jumpai di kebun atau pekarangan rumah penduduk, walaupun tidak sebanyak pada zaman nenek moyang kita dulu.

Generasi sekarang pada umumnya tidak mengenal jenis makanan tradisional polo pendem ini, entah belum pernah disosialisasikan oleh orang-orang tua mereka atau mereka gengsi. Tapi dengan mudahnya mereka dapat mengenal jenis makanan dari luar negeri yang dipromosikan lewat dunia maya maupun media cetak. 

Makanan dari luar negeri ini sangat popular dikalangan pemuda diantaranya, Sushi (Jepang), Pizza (Italia), Kebab (Turki), Kimchi (Korea), Ramen (Tiongkok), Hot Dog (Amerika), Burger (Jerman) dan masih banyak yang lainnya. 

Seperti kita ketahui bahwa Negara-Negara di luar sana, terutama Negara barat suka sekali mengkonsumsi makanan cepat saji (fastfood), dan inilah yang di tiru oleh generasi sekarang (kepo), bahkan maaf menjadi sangat trendy. 

Di Indonesia sekarang sudah banyak makanan dari luar negeri yang tersedia dalam olahan dan kemasan cepat saji. Mungkin, dengan hidangan yang lezat nikmat dan disajikan dalam waktu yang relatif singkat gak pakai lama, membuat siapa saja ingin sekali mengkonsumsinya. Padahal kita tahu bahwa makanan cepat saji juga mempunyai dampak yang negatif bagi kesehatan tubuh dalam jangka waktu lama.

Sebagai bahan makanan alami polo pendem tentu sangat aman dan halal untuk dikonsumsi, masyarakat yang masih rutin mengkonsumsi polo pendem dan hanya sesekali menikmati makanan modern cepat saji, justru nampak sehat dan jarang menderita penyakit kronis seperti, kanker, diabetes, stroke, asam urat, kolestrol, dan penyakit modern lainnya. 

Hal hasil setelah dilakukan penelitian secara seksama, kebiasaan mengkonsumsi makanan jenis polo pendem secara langsung dengan direbus atau di kukus sangat baik bagi kesehatan tubuh, disamping tentunya dapat meminimalisir resiko  berbagai jenis penyakit modern.

Semoga gambaran pola hidup nenek moyang kita tempo dulu dapat mengilhami generasi masa kini (anak cucu), untuk "back to natural" mengkonsumsi bahan dan jenis makanan yang banyak tumbuh disekitar kita, dan bermanfaat menjaga metabolisme kesehatan tubuh. 

Bahan makanan polo pendem harganya pun relatif lebih murah dan terjangkau, jika dibandingkan dengan berbagai jenis makanan modern cepat saji. Jangan pernah melupakan apa yang pernah diwariskan oleh nenek moyang kita, sebelum terlambat...!!!

Singhasari, 3 Pebruari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun