Aku mengejarnya. Sebenarnya dia tidak buru-buru. Langkahnya santai, tapi tak peduli.
“Jangan kau ungkit luka lama.”
Seorang gadis dengan baju, kerudung dan pernak-pernik yang sama dengan perempuan itu tiba-tiba memanggil.
“Mami, aku di sini. Mami sudah selesai?”
“Sudah. Ayo, kita ke Candi Sukuh.”
Tiba-tiba kakiku tak bisa kugerakkan. Lidahku kelu, aku diam membisu. Perempuan itu Ima yang kutinggalkan 22 tahun yang silam.
Karanganyar, 27 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!