“Silakan.”
“Maaf, saya harus memanggil mbak atau ibu?”
“Terserah saja.”
“Apakah mbak berprofesi sebagai wartawan?”
“Bukan. Saya penulis amatir.”
Perempuan itu mengangkat muka. Perempuan itu matanya melirik ke kiri. Kulihat di mata kanannya ada bintik hitam. Yup, aku pernah mengenal orang dengan ciri khas seperti itu. Tidak salah, suaranya bahkan aku juga mengenal.
“Benarkah, Anda bernama Ima?”
Perempuan itu menatapku.
“Ya. Dan Anda orang yang pernah meninggalkanku lalu menikah dengan perempuan lain”
“Maafkan, aku.”
“Terima kasih atas luka yang pernah kau torehkan. Maaf, aku harus pergi dan bekerja.”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!