“Nanti kalau mau pulang, juga terbuka sendiri. Caranya, Mas Hanafi nanti membelah pakai pisau. Setelah itu akik yang dikenakan digosok-gosokkan pada bibirnya yang berdarah. Nanti darah langsung kering dan bibirnya kembali seperti semula.”
Sontoloyo, jadi Hanafi sengaja mengelem bibirnya. Agar dia tidak diajak bicara tentang pinjaman uang. Tentang bisnis pusaka yang kena tipu. Tentang pembagian warisan. Pantas saja dia enteng kalau nulis pesan singkat. Mungkin waktu menulis dengan cekikikan. Dengan makan-makan bersama teman-temannya yang tidak waras.
Kalau disuruh nelpon tidak mau. Atau pas ketemu di rumah waktu mau pinjam uang, ditanya-tanya jawabannya muter-muter. Kata isteriku, mimiknya itu lo yang tidak bisa menipu.
Tiba saatnya pulang, Hanafi gagal membuka mulutnya. Biarpun pisau telah disayatkan ke kedua bibirnya yang tertutup lem. Bibirnya sudah berdarah-darah, tapi mulutnya tidak juga terbuka. (SELESAI)
Karanganyar, 23 Juli 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H