Beberapa bulan yang lalu Hari menjalankan ibadah umroh. Pikirku, Hari pasti sudah berubah. Ternyata tidak. Malah semakin menjadi. Padahal selama pelaksanaan ibadah di tanah suci, ada beberapa teguran.
Aku memang lugu apa adanya. Tapi sungguh, aku ingin berbuat yang terbaik buat keluargaku terutama suamiku. Aku tak mau menyakiti suami. Aku bahagia dengan kehidupan ini. Kehidupan tanpa kemunafikan.
Siang tadi, seperti biasa setelah tidak mengajar, aku membuka internet di kantor. Tiba-tiba Hari mendekatiku. Huh, apalagi?
“Bu, maaf. Tadi saya mengirim sms ke nomer jenengan. Tadi salah kirim, seharusnya bukan di nomer jenengan.”
Spontan aku membuka hape. Tak ada pesan masuk.
“Tak ada pesan masuk, kok Pak. Mungkin tidak terkirim.”
Waktu terus berlalu. Hari sudah pergi meninggalkan sekolah. Aku masih membuka berita lewat internet. Tiba-tiba hapeku bergetar. Aku membuka pesan yang masuk. Wow, dari Hari. Berarti ini yang dibilang Hari salah kirim. Stt, sms nyasar!
Isinya bikin merinding. Aku buru-buru memberi tahu temanku.
“Pak, Pak Hari tadi bilang salah mengirim pesan. Seharusnya pesan tidak dikirim padaku. Tapi tadi memang belum ada pesan yang masuk, pesannya baru saja sampai.”
“Coba isinya apa?”
“mama sudah di lab belum? Jagong sama siapa Ma? Kok kemarin gak cerita.”