Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

SMS Nyasar, Selingkuh

19 September 2015   22:06 Diperbarui: 19 September 2015   22:06 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku paling benci kalau Hari membandingkan aku dengan perempuan yang mau diaturnya. Perempuan itu tak lain teman sekantor. Perempuan itu (mungkin) cantik. Dulu sebelum dekat dengan Hari perempuan itu lugu. Tapi sekarang beda banget. Kayaknya gak masuk akal. Gaji perempuan itu berapa? Sama dengan aku, tak lebih dari lima ratus ribu rupiah. Tiap bulan facial, creambath, pakai bedak tebal dan lipstick tebal.

Aku tersenyum, hem. Beruntung aku bisa mengendalikan diri. Kalau Hari mengatakan mukaku pucat karena tidak pakai lipstick aku tak pernah menanggapinya. Bahkan aku tidak mengatakan,”lihat perempuan itu. Kayak badut! Apa yang membuatmu tertarik?”

Memang suatu ketika aku pernah memakai benges warna merah.  Lipstick yang kumiliki, jarang sekali aku pakai karena suami tidak mau aku berdandan norak. Apalagi seperti ondel-ondel. Busyet, suamiku memang ingin aku tampil apa adanya. Jangan mengada-ada hanya karena omongan orang yang kurang bahagia.

Benar dugaanku, Hari memujiku. Sebaliknya di ruangan kelas murid-murid bersorak. Siswa yang duduk di depan meja guru berkata setengah berbisik,”Bu, nggak pantas pakai lipstick merah.” Belum lagi teman-teman kantor yang setengah memprotes, berbisik,

“Pakai lipstick merah, norak Bu.”

Plong! Lega rasanya, aku diperhatikan murid dan teman-temanku. Sedangkan suara Hari tak ada yang mendukungnya.  

Tak ada artinya aku mengatakan semua itu di depan Hari. Aku cukup menulis status di BBM. Intinya aku guru dan penulis. Aku beda dengan artis. Perbedaannya terletak pada bedak dan lipstick.

Tanpa permisi Hari mengomentari statusku. Beberapa hari statusku sama. Dan Hari mengomentari dengan kata-kata yang sama. Terakhir aku nulis status,”orang yang bahagia tak akan mengomentari yang bukan ladangnya.”

Pet! Hari tak memberikan komentar sedikitpun. Mungkin dia tersinggung. Tapi ini dinding-dindingku sendiri. Aku tak bermaksud menyinggung siapapun. Daripada aku teriak-teriak membela diri, lebih baik aku diam, tapi tulisanku bisa dibaca.

00000

Aku paling benci dengan orang munafik. Kadang aku berpikir, kok ada orang seperti itu? Diuji dengan bermacam hal, tetap saja tak mau introspeksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun