Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Guru Dipecat dengan Tidak Hormat

17 Agustus 2015   20:16 Diperbarui: 17 Agustus 2015   20:22 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pagi harinya, suasana kantor agak heboh. Hari ini kasek tidak masuk kerja di sekolah dikarenakan sakit. Tadi malam sempat masuk ICU karena serangan jantung. Mursalin yang merasa tidak bersalah sama sekali sangat terpukul. Seharusnya dia kemarin siang yang mengalami serangan jantung ketika kasek mengatakan akan memecat dia, diberhentikan dengan tidak hormat. Ini malah sebaliknya.

Sepulang sekolah kemarin Mursalin sudah memaafkan kasek kalau beliau bersalah (itu dalam hati saja). Hari ini teman-teman guru dan karyawan akan menjenguk kasek. Mursalin juga ikut membezuk.

Sebelum masuk bangsal di mana kasek dirawat, Mursalin dicegat (waduh agak kasar ya) saudara kasek.

“Bu Mursalin, saya ingin bicara dengan panjenegan.”

Mursalin dan saudara kasek menjauh dari pengunjung. Perbincangan mereka cukup hangat, bahkan sepertinya tak ada masalah apa-apa. Sesekali mereka melempar senyum. Setelah bincang-bincang usai, Mursalin masuk kamar kasek.

00000

Senin, 17 Agustus 2015.

Hari ini aku merdeka, bebas dari penjajahan. Kalau selama ini aku dijajah dan selalu disudutkan oleh Heru, sekarang tidak lagi. Selama dua tahun Heru menjadi wakil kepala sekolah, sekarang menjadi kasek. Heru selalu menganggapku salah meski aku tak pernah melakukan kesalahan.

Yang terakhir adalah beberapa hari yang lalu, aku dan dia sama-sama berstatus guru tetap yayasan, seharusnya menerima tunjangan profesi. Tunjangan profesiku sudah cair, sementara dia belum cair. Katanya, seharusnya aku melaporkan kalau tunjangan profesiku sudah cair bukan hanya diam saja. Bagiku itu tidak penting. Aku mau melaporkan tunjangan profesiku sudah cair kalau aku sudah mencetak rekening Koran. Itu artinya hari Selasa yang akan datang.

Aku dianggap tidak menghargai Heru sebagai pimpinan. Menurutku bukan itu alasannya. Alasan yang kuat adalah dia merasa paling merana sedunia gara-gara tunjangan profesinya belum cair.

Kekesalannya padaku yang menumpuk itulah dia ucapkan di depanku kalau bisa memecatku dengan tidak hormat. Itu tidak mungkin. Karena dia tidak memiliki alasan untuk memecatku. Yayasan yang mempunyai sekolah ini masih saudara Heru. Tapi mereka melihat kinerjaku baik. Selain itu aku loyal. Tak ada alasan untuk memecatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun