“Maaf, Pak dalam hal apa dulu? Masalah dinas atau pribadi?”
“Tentang tunjangan sertifikasi kemarin. Seharusnya setelah tunjangan cair Ibu melaporkan pada saya selaku pimpinan sekolah.”
“Pak, saya kemarin sudah bilang kalau saya belum bisa melaporkan tentang cairnya tunjangan sertifikasi. Saya belum tahu uang itu sumbernya dari mana? Sebab melihat saldo dari mesin ATM saja tidak dapat kita ketahui pemasukan itu dari mana. Mungkin saja dana itu bukan dari tunjangan sertifikasi, bisa saja dana itu berasal dari saudara saya atau honor pemuatan naskah, atau royalty penulisan buku.”
“Ibu masih saja membantah.”
“Saya bukan membantah Pak. Saya bicara apa adanya.”
“Perlu Ibu ketahui, bisa saja saya memecat Ibu karena Ibu tidak menghargai saya sebagai pimpinan.”
“Maaf, Pak. Tidak semudah itu Bapak bisa memecat saya. Secara dinas saya disiplin, saya belum pernah melakukan pelanggaran. Tapi saya tidak risau Pak. Saya tidak takut. Saya yakin teman-teman saya tidak bisa membela saya. Saya akan melayangkan surat keberatan ke Yayasan. Selain itu saya akan melaporkan Bapak ke dinas.”
“Tentang apa Ibu akan melaporkan saya?”
“Tentang pemalsuan dokumen. Hari ini juga saya bisa melaporkan ke kantor dinas. Saya yakin langsung ditanggapi atas surat saya.”
Kasek diam, mematung. Dia tak bisa berbuat banyak. Wajahnya pasi. Tanpa basa-basi kasek meminta Mursalin meninggalkan ruangan kasek.
00000