Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Program Makan Bergizi Gratis: Manfaat bagi Siswa, tetapi Tantangan Pedagang Kantin

9 Januari 2025   14:19 Diperbarui: 9 Januari 2025   21:29 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Makanan Bergizi Gratis (MBG). | Kompas.com

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah inisiatif baru yang mulai diterapkan di berbagai sekolah. Tujuannya simpel tapi sangat penting, yaitu memastikan anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi yang cukup dan membantu meringankan beban keuangan keluarga. 

Program ini dirancang untuk memberikan makanan gratis kepada siswa, dalam bentuk kotak makan bergizi yang dibagikan saat jam istirahat.

Program ini dianggap penting karena masalah gizi pada anak-anak masih jadi isu besar di Indonesia. Banyak anak yang berangkat sekolah tanpa sarapan atau hanya membawa bekal yang kurang bernutrisi. 

Ditambah lagi, kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan sering membuat orang tua kesulitan menyediakan makanan sehat untuk anak-anak mereka.  

Dengan MBG, pemerintah berharap bisa memberikan solusi. Siswa nggak hanya makan makanan bergizi, tapi juga diharapkan jadi lebih fokus saat belajar. 

Bagi orang tua, program ini bisa jadi "penyelamat dompet," karena nggak perlu lagi ribet memikirkan bekal atau uang jajan setiap hari.  

Tapi, seperti halnya program pemerintah lainnya, MBG ini juga membawa dampak lain yang nggak bisa diabaikan, terutama untuk pedagang kantin di sekolah. 

Meski niatnya bagus, pelaksanaan program ini memunculkan tantangan baru yang membuat sebagian pihak merasa “terpinggirkan.”  

Jadi, meski program ini menjanjikan banyak manfaat, tapi hal yang patut dipertanyakan adalah:

Apakah program ini benar-benar memberikan solusi tanpa memunculkan masalah baru?

Oke, kita jawab pertanyaan di atas ya! 

Manfaat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa dan orang tua jelas sangat terasa. Bagi siswa, program ini memastikan mereka dapat asupan gizi yang seimbang setiap harinya. 

Bayangin, anak-anak nggak perlu lagi merasakan makan sekedarnya sebelum berangkat sekolah atau bawa bekal yang kadang kurang bernutrisi. 

Dengan adanya makanan gratis dari sekolah, mereka bisa makan lebih sehat, dari lauk, sayur, sampai buah yang biasanya sulit disediakan di rumah.  

Selain itu, program ini juga sangat membantu soal konsentrasi belajar. Kalau perut kenyang, otak jadi lebih siap untuk menyerap pelajaran. 

Anak-anak tidak lagi merasa lemas atau ngantuk di tengah jam pelajaran karena kekurangan energi. Jadi, secara tidak langsung, program ini juga berkontribusi untuk prestasi belajar mereka.  

Bagi orang tua, program MBG ini ibarat angin segar. Mereka nggak perlu lagi pusing memikirkan bekal anak atau uang jajan setiap hari. 

Bayangkan, setiap pagi nggak perlu repot masak atau mempersiapkan makanan tambahan untuk anak sekolah. Pengeluaran harian untuk beli bahan bekal juga otomatis berkurang. 

Ini benar-benar meringankan, terutama untuk keluarga yang ekonominya pas-pasan.  

Selain hemat waktu dan uang, orang tua juga jadi lebih tenang. Mereka tahu anak-anak mereka makan makanan yang sehat di sekolah. 

Jadi, dari segi siswa maupun orang tua, program ini jelas punya banyak manfaat. Tapi ya, tentu aja, pelaksanaannya harus terus diawasi agar semua anak dapat manfaat yang sama, dan kualitas makanannya tetap terjaga.

Di balik manfaat besar Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk siswa dan orang tua, ada cerita lain yang tidak kalah penting, yaitu dampaknya ke pedagang kantin sekolah. 

Bagi mereka, program ini jadi tantangan berat. Bayangkan saja, biasanya kantin rame dengan anak-anak yang beli nasi goreng, mie ayam, atau jajanan seperti bola ubi dan es sachet. 

Tapi sejak ada MBG, suasana kantin jadi jauh lebih sepi.  

Di lansir dari laman Kompas.com, Endang, salah satu pedagang kantin di SDN Larangan, Sidoarjo, cerita kalau pendapatannya turun drastis. 

Biasanya sehari dia bisa dapat sekitar Rp150 ribu. Tapi sekarang, penghasilannya merosot sampai 70%. Banyak makanan yang dia jual akhirnya nggak laku, karena anak-anak sudah kenyang makan dari kotak makan gratis yang dibagikan sekolah. 

Untuk menghindari pemborosan, Endang berencana membagikan makanan yang tidak laku kepada tetangganya.  

Hal serupa juga dialami Dwi, pedagang nasi soto yang sudah berjualan sejak 2014. Biasanya, dia bisa dapet untung sekitar Rp200 ribu per hari. 

Tapi sekarang, nasi yang dia jual hampir nggak ada yang beli. Anak-anak hanya beli minuman, seperti es sachet. 

"Sekarang enggak ada yang beli nasinya, hanya es-nya saja yang masih diminati anak-anak," ujarnya.  

Intinya, program MBG ini membuat omzet pedagang kantin anjlok. Mereka harus berpikir keras bagaimana caranya bertahan.

Jadi, meskipun niatnya baik, program ini juga butuh solusi supaya tidak merugikan pihak lain, terutama pedagang kecil yang bergantung penuh pada kantin sekolah untuk cari nafkah. 

Kalau tidak, mereka bisa kehilangan mata pencaharian yang sudah mereka geluti bertahun-tahun.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang punya tujuan mulia, tapi agar tidak ada pihak yang dirugikan—khususnya pedagang kantin—perlu ada beberapa penyesuaian dan solusi. 

Nah, inilah tiga solusi yang mesti dipertimbangkan:

1. Makan Gratis di Jam Pulang Sekolah

Ini usulan sekaligus harapan dari para pedagang yang di kutip dari laman Kompas.com. Makanan gratis bisa dibagikan saat jam pulang sekolah, bukan saat istirahat. 

Jadi, anak-anak tetap punya waktu untuk jajan di kantin saat istirahat, dan pedagang tidak kehilangan pelanggan. Dengan cara ini, siswa tetap dapat makanan bergizi, tapi kantin sekolah juga tetap ramai.  

2. Prioritaskan Siswa yang Membutuhkan 

Makanan gratis bisa difokuskan kepada anak-anak dari keluarga menengah ke bawah. Anak-anak yang berasal dari keluarga mampu tidak perlu ikut dapat makanan gratis. 

Selain lebih tepat sasaran, ini juga membuat anggaran negara (APBN) lebih hemat. Lagian, kalau anak-anak orang kaya ikut makan gratis, nanti malah jadi obesitas, kan? Hehe.  

3. Libatkan Kantin Lokal yang Sudah Lama Eksis

Pedagang kantin yang sudah lama jadi bagian dari sekolah harus dilibatkan langsung dalam pengelolaan makanan gratis. 

Mereka bisa bantu masak atau jual makanan tambahan sesuai menu yang ditentukan pemerintah. Jadi, usaha mereka tetap jalan, dan nggak ada yang "tamat" seperti pedagang kecil di Pantura waktu jalan tol dibangun.  

Terkahir, program ini harus terus dievaluasi, mulai dari menu makanan, pelaksanaannya, hingga dampaknya ke siswa dan pedagang. 

Kalau ada yang tidak berjalan sesuai harapan, solusinya bisa langsung dicari sebelum masalah jadi semakin besar.  

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) jelas punya manfaat besar untuk siswa dan orang tua. Siswa bisa makan makanan bergizi tanpa harus memikirkan bekal, dan orang tua bisa hemat uang jajan. 

Tapi, program ini juga membawa tantangan, terutama untuk pedagang kantin yang kehilangan pendapatan. Agar semua pihak bisa dapat manfaat, pengelolaannya harus benar-benar diperhatikan—mulai dari siapa yang dapat makanan gratis, kapan waktu pembagiannya, sampai bagaimana melibatkan pedagang lokal. 

Kalau semua ini dijalankan dengan baik, program MBG bisa jadi solusi yang menguntungkan semua pihak tanpa ada yang merasa dirugikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun