Jadi, mungkin pertanyaannya bukan hanya "perlukah dipublikasikan?" tapi juga "bagaimana cara mempublikasikannya tanpa merusak esensi dari kebaikan itu sendiri?"Â
Tindakan kebaikan seharusnya berfokus pada dampak positif yang dihasilkan, bukan pada jumlah likes atau views yang diperoleh.Â
Sebab, pada hakikatnya, kedermawanan yang tulus adalah yang dilakukan tanpa mengharapkan perhatian atau sorotan publik.
Pada akhirnya, kedermawanan itu tentang niat, bukan sekedar aksi yang terlihat. Apakah bantuan yang kita berikan akan lebih bermakna jika tidak diiringi sorotan kamera?Â
Mungkin, dengan tidak mempublikasikannya, kita justru mengajarkan nilai keikhlasan yang lebih dalam, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Kebaikan itu nggak harus selalu diumumkan ke seluruh dunia untuk diakui. Apa yang kita lakukan, sekecil apa pun itu, tetap punya dampak besar kalau dilakukan dengan hati yang tulus.
Saat kita berbuat baik, apakah kita benar-benar fokus pada membantu orang lain, atau malah sibuk memikirkan bagaimana penampilan kita di mata publik?Â
Toh, pada akhirnya, kebaikan sejati akan selalu meninggalkan jejak, meskipun tak ada kamera yang merekamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H