Orang tua kadang suka pakai guilty tripping tanpa di sadari. Misalnya, “Ibu kan udah capek-capek ngelahirin dan ngerawat kamu, masa kamu nggak mau nurut sama ibu?” Padahal, apa yang mereka minta belum tentu sesuai dengan kondisi kamu.
Dalam Hubungan Sosial
Ada teman yang terus-terusan mengungkit bantuan masa lalu. “Dulu kan aku yang selalu ada buat kamu. Sekarang aku butuh, kok kamu malah nggak ada waktu alias sibuk?”
Di Tempat Kerja
Atasan atau rekan kerja bisa pakai guilty tripping untuk memanfaatkan kamu. Contohnya, “Kalau kamu nggak lembur, kerjaan ini nggak akan kelar, dan tim kita bisa kena masalah. Masa kamu tega?”
Iyap, kalau terus dibiarkan guilty tripping bisa membuat hubungan nggak sehat. Kamu jadi kehilangan kendali atas keputusan kamu sendiri karena selalu merasa harus memenuhi ekspektasi orang lain.
Dalam jangka panjang, ini juga bisa membuat kamu stres, kelelahan emosional, dan bahkan kehilangan rasa percaya diri.
Jadi, penting sekali untuk mengenali tanda-tandanya dan belajar bilang “tidak” tanpa merasa bersalah. Ingat, kamu nggak wajib menyenangkan semua orang, terutama kalau itu mengorbankan diri kamu sendiri!
Manipulasi guilty tripping itu ternyata efektif lho, kok bisa ya?
Pernah mengalami momen di mana kamu tahu sebenarnya nggak mau atau nggak harus menuruti orang, tapi ujung-ujungnya kamu tetap bilang “iya”?
Nah, di situ guilty tripping bekerja. Teknik manipulasi ini efektif karena main di sisi psikologis manusia, terutama di bagian yang nggak enakan. Kita bongkar bareng-bareng alasannya kenapa guilty tripping gampang banget bikin orang ‘jatuh’.
1. Manusia Cenderung Menghindari Rasa Bersalah
Secara alami, manusia nggak suka merasa bersalah. Rasa bersalah itu seperti alarm di otak kita yang bilang, “Eh, kamu udah bikin salah tuh. Cepetan benerin!”
Nah, manipulator tahu betul kalau orang akan berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan rasa itu. Jadi, mereka dengan sengaja membuat kita merasa salah lewat kata-kata yang menusuk hati.