Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dampak Buruk "Silent Treatment" bagi Kesehatan Mental

2 September 2024   13:08 Diperbarui: 3 September 2024   12:20 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Silent Treatment. | Pexels. Karolina Kaboompics

"Silent treatment" atau perlakuan diam adalah sikap ketika seseorang sengaja mengabaikan atau tidak mau berbicara dengan orang lain sebagai respon terhadap konflik atau masalah.

Biasanya, ini dilakukan untuk menunjukkan ketidaksetujuan, marah, atau bahkan untuk menghukum orang lain tanpa harus mengucapkan satu kata pun.

Di dalam hubungan, baik itu pertemanan, keluarga, atau lingkungan kerja, silent treatment sering kali digunakan sebagai bentuk "protes diam" yang kadang dianggap lebih mudah daripada harus menjelaskan perasaan atau menghadapi konfrontasi langsung.

Banyak yang memilih cara ini karena mereka merasa tidak tahu cara mengekspresikan emosi mereka dengan baik atau karena ingin membuat orang lain merasa bersalah.

Mengapa Silent Treatment Bisa Terjadi? 

Silent treatment bisa terjadi karena beberapa alasan. Pertama, ada orang yang menggunakan silent treatment sebagai bentuk hukuman.

Mereka merasa kalau mendiamkan orang lain bisa membuat mereka lebih sadar akan kesalahannya dan akhirnya meminta maaf. Ini semacam cara untuk menunjukkan ketidakpuasan tanpa harus berbicara langsung.

Kedua, silent treatment juga sering dipakai untuk mengontrol situasi. Dengan mendiamkan orang lain, seseorang bisa merasa punya kendali atas hubungan atau situasi yang sedang dihadapinya. Ini bisa jadi bentuk manipulasi, karena membuat orang lain bingung atau merasa bersalah, meskipun mereka mungkin nggak tau salahnya apa.

Ketiga, ada juga yang melakukan silent treatment karena memang mereka nggak tau cara mengungkapkan perasaannya. Kadang, orang merasa terlalu marah, kecewa, atau sedih, sampai-sampai nggak bisa ngomong apa-apa. Jadi, mereka memilih diam karena merasa itu lebih aman daripada mengungkapkan emosi yang sedang dirasakan.

Beberapa contoh situasi di mana silent treatment mungkin muncul misalnya:

Dalam hubungan percintaan, ketika salah satu pasangan merasa dikhianati atau disakiti, tapi nggak mau atau nggak siap membicarakannya.

Di tempat kerja, ketika ada rekan kerja yang merasa diremehkan atau tidak dihargai, mereka mungkin memilih untuk mengabaikan komunikasi dengan orang tersebut.

Di dalam keluarga, misalnya antara orang tua dan anak, ketika ada konflik yang nggak terselesaikan dan salah satu pihak merasa frustrasi atau marah.

Dalam semua situasi ini, silent treatment sering kali jadi cara untuk menghindari konflik langsung, tapi justru bisa memperburuk keadaan karena nggak ada komunikasi yang jelas.

Dampak Psikologis Silent Treatment

Silent treatment tidak hanya membuat kesal, tapi juga bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Dampaknya bisa sangat luas, mulai dari perasaan hingga kesehatan fisik.

1. Dampak Emosional

Ketika seseorang kena silent treatment, biasanya mereka akan merasa cemas dan kebingungan. Mereka terus bertanya-tanya apa salahnya, kenapa didiamkan, atau apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan. Perasaan diabaikan dan nggak dihargai ini bisa membuat emosi jadi tidak stabil, dan perasaan jadi campur aduk.

2. Dampak Psikologis

Lebih dalam lagi, silent treatment bisa menurunkan harga diri seseorang. Ketika terus-menerus merasa diabaikan atau dianggap tidak penting, orang bisa mulai meragukan diri sendiri dan kehilangan kepercayaan diri.

Perasaan bersalah yang berlebihan juga bisa muncul, meskipun sebenarnya mereka mungkin tidak melakukan kesalahan apa-apa. Dalam jangka panjang, perlakuan seperti ini bisa memicu depresi, terutama jika orang tersebut terus-menerus mengalami silent treatment dan merasa terisolasi.

3. Dampak Fisik

Dampaknya tidak hanya di pikiran dan perasaan, tapi juga di tubuh. Stres yang berkelanjutan karena perlakuan ini bisa mempengaruhi kesehatan fisik. Banyak orang yang akhirnya sulit tidur atau mengalami insomnia karena kepikiran terus.

Stres juga bisa menyebabkan sakit kepala yang sering, bahkan masalah pencernaan seperti sakit perut atau maag. Jadi, meskipun tampaknya sepele, silent treatment bisa punya efek yang cukup serius jika dibiarkan berlarut-larut.

Mengapa Silent Treatment Berbahaya bagi Kesehatan Mental?

Silent treatment bisa sangat merusak kesehatan mental karena secara perlahan menghancurkan kepercayaan dan kedekatan dalam sebuah hubungan. 

Ketika seseorang didiamkan tanpa penjelasan, mereka merasa seperti berjalan di atas kulit telur, takut salah langkah dan bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ini membuat hubungan jadi tidak sehat, karena tidak ada komunikasi yang jujur atau terbuka. Kepercayaan mulai luntur karena salah satu pihak merasa tidak bisa lagi bergantung pada yang lain untuk dukungan atau kejelasan. 

Selain itu, silent treatment menghalangi keintiman. Bukannya memperbaiki masalah, mendiamkan seseorang justru menciptakan jarak yang semakin melebar.

Orang jadi merasa ditinggalkan dan kesepian, meskipun secara fisik mungkin masih ada di dekatnya. Lama-lama, ini bisa mengikis rasa sayang dan keinginan untuk tetap berhubungan, karena perasaan terluka yang tak kunjung sembuh.

Dampak jangka panjangnya juga tidak main-main. Terus-menerus menghadapi silent treatment bisa menyebabkan gangguan kecemasan, karena orang jadi selalu khawatir dan takut menghadapi situasi serupa di masa depan. Ini membuat mereka merasa tidak aman dan selalu waspada, yang tentu saja menguras energi mental.

Lebih parah lagi, silent treatment yang berkepanjangan bisa memicu depresi. Ketika seseorang merasa terus-menerus diabaikan atau tidak dihargai, mereka bisa kehilangan semangat hidup dan merasa tidak berharga.

Jadi, meskipun kelihatannya hanya diam saja, efeknya bisa merambat jauh dan sangat berbahaya bagi kesehatan mental seseorang.

Lalu Bagaimana Cara Menghadapi Silent Treatment?

Udahlah sikat aja, tinggalin aja, pusing-pusing amat si. Eits, nggak gitu ya! Hehe. Ada cara yang lebih elegan yang mungkin bisa di coba.

Menghadapi silent treatment memang tidak mudah, tapi ada beberapa cara yang bisa dicoba agar situasi tidak semakin buruk dan tetap menjaga kesehatan mental:

1. Tetap Tenang

Hal pertama yang perlu diingat adalah tetap tenang. Jangan langsung terpancing emosi atau malah membalas dengan cara yang sama. Coba tarik napas dalam-dalam dan ingatkan diri bahwa mungkin ini bukan tentang Anda secara pribadi, tapi lebih karena ada masalah yang perlu diselesaikan.

2. Ajak Berdiskusi

Setelah merasa lebih tenang, coba ajak orang tersebut untuk berdiskusi secara baik-baik. Sampaikan perasaan Anda dengan jujur dan tanyakan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan. Kadang, mereka mungkin butuh waktu untuk sendiri dulu, jadi beri mereka ruang, tapi tetap tunjukkan niat baik untuk berkomunikasi.

3. Tetap Jaga Batasan

Penting untuk tetap menjaga batasan dan tidak membiarkan diri terus-menerus disakiti. Jika silent treatment terus berlanjut dan tidak ada perubahan, Anda punya hak untuk menjelaskan bahwa perilaku tersebut tidak sehat dan Anda butuh hubungan yang lebih terbuka dan jujur.

4. Cari Bantuan Profesional

Kalau ketiga cara di atas masih belum berhasil juga dan situasinya sudah terlalu rumit plus sulit diatasi sendiri, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional, seperti konselor atau terapis, bisa juga minta bantuan kepada orang yang Anda yakini bisa mengatasi masalah ini (siapapun boleh). Mereka bisa membantu memberikan perspektif yang lebih objektif dan strategi yang lebih efektif untuk menghadapi masalah ini.

5. Fokus pada Komunikasi yang Sehat dan Terbuka

Untuk mencegah silent treatment terjadi lagi di masa depan, penting untuk selalu membangun komunikasi yang sehat dan terbuka dalam hubungan. Biasakan untuk berbicara tentang perasaan dan masalah secara langsung, tanpa harus menghindari atau memendam emosi. Dengan begitu, hubungan akan lebih kuat, dan konflik bisa diatasi dengan cara yang lebih positif.

Menghadapi silent treatment memang tidak mudah, tapi dengan strategi yang tepat, Anda bisa mengurangi dampaknya dan menjaga hubungan tetap sehat.

Penting bagi kita semua untuk mengenali dampak negatif dari silent treatment. Meskipun kelihatannya sepele atau hanya bentuk marah-marah dalam diam, efeknya bisa sangat merusak, baik untuk kesehatan mental maupun hubungan secara keseluruhan.

Silent treatment bisa membuat orang merasa terisolasi, tidak dihargai, dan bahkan berdampak serius pada kesehatan fisik dan emosional.

Daripada memilih diam dan memendam perasaan, jauh lebih baik kalau kita memilih untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur. Bicara tentang apa yang dirasakan, meskipun kadang tidak nyaman, justru bisa membantu menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih sehat dan konstruktif.

Jadi, daripada memperpanjang konflik dengan diam, yuk kita coba hadapi masalah dengan cara yang lebih positif dan saling mendukung satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun