Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dampak Buruk "Silent Treatment" bagi Kesehatan Mental

2 September 2024   13:08 Diperbarui: 3 September 2024   12:20 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Silent Treatment. | Pexels. Karolina Kaboompics

Penting untuk tetap menjaga batasan dan tidak membiarkan diri terus-menerus disakiti. Jika silent treatment terus berlanjut dan tidak ada perubahan, Anda punya hak untuk menjelaskan bahwa perilaku tersebut tidak sehat dan Anda butuh hubungan yang lebih terbuka dan jujur.

4. Cari Bantuan Profesional

Kalau ketiga cara di atas masih belum berhasil juga dan situasinya sudah terlalu rumit plus sulit diatasi sendiri, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional, seperti konselor atau terapis, bisa juga minta bantuan kepada orang yang Anda yakini bisa mengatasi masalah ini (siapapun boleh). Mereka bisa membantu memberikan perspektif yang lebih objektif dan strategi yang lebih efektif untuk menghadapi masalah ini.

5. Fokus pada Komunikasi yang Sehat dan Terbuka

Untuk mencegah silent treatment terjadi lagi di masa depan, penting untuk selalu membangun komunikasi yang sehat dan terbuka dalam hubungan. Biasakan untuk berbicara tentang perasaan dan masalah secara langsung, tanpa harus menghindari atau memendam emosi. Dengan begitu, hubungan akan lebih kuat, dan konflik bisa diatasi dengan cara yang lebih positif.

Menghadapi silent treatment memang tidak mudah, tapi dengan strategi yang tepat, Anda bisa mengurangi dampaknya dan menjaga hubungan tetap sehat.

Penting bagi kita semua untuk mengenali dampak negatif dari silent treatment. Meskipun kelihatannya sepele atau hanya bentuk marah-marah dalam diam, efeknya bisa sangat merusak, baik untuk kesehatan mental maupun hubungan secara keseluruhan.

Silent treatment bisa membuat orang merasa terisolasi, tidak dihargai, dan bahkan berdampak serius pada kesehatan fisik dan emosional.

Daripada memilih diam dan memendam perasaan, jauh lebih baik kalau kita memilih untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur. Bicara tentang apa yang dirasakan, meskipun kadang tidak nyaman, justru bisa membantu menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih sehat dan konstruktif.

Jadi, daripada memperpanjang konflik dengan diam, yuk kita coba hadapi masalah dengan cara yang lebih positif dan saling mendukung satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun