Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Epictetus, Kebahagiaan Sejati Selalu Tidak Bergantung pada Kondisi Eksternal

30 Juni 2024   15:31 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:28 1683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebahagiaan. (Sumber Gambar: pexels.com/Anastasia Kolchina) 

Epictetus adalah seorang filsuf Yunani kuno yang terkenal dengan ajarannya tentang Stoikisme. Ia mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri kita sendiri, bukan dari hal-hal eksternal.

Meskipun hidupnya penuh dengan tantangan, ajaran Epictetus tentang kebahagiaan dan ketenangan batin masih relevan hingga saat ini.

Topik tentang kebahagiaan sejati selalu menarik untuk dibahas, apalagi di zaman sekarang di mana banyak orang merasa stres dan tertekan oleh kondisi eksternal seperti pekerjaan, hubungan, atau keadaan ekonomi.

Epictetus mengajarkan bahwa kita bisa menemukan kebahagiaan yang lebih dalam dan lebih tahan lama dengan mengubah cara kita melihat dunia dan merespons tantangan.

Jadi, dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana menurut Epictetus, kebahagiaan sejati tidak tergantung pada kondisi eksternal, melainkan pada bagaimana kita mengelola pikiran dan emosi kita.

Epictetus adalah seorang filsuf Yunani kuno yang lahir sebagai budak sekitar tahun 50 Masehi di Hierapolis, yang sekarang adalah bagian dari Turki.

Meski memulai hidupnya sebagai budak, ia akhirnya mendapatkan kebebasan dan menjadi salah satu tokoh terkemuka dalam filosofi Stoikisme.

Epictetus menghabiskan banyak waktunya mengajar dan berbagi pandangannya tentang bagaimana menjalani hidup yang baik dan bermakna.

Stoikisme adalah aliran filsafat yang menekankan pada kebajikan, pengendalian diri, dan ketenangan batin. Filosofi ini mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar diri kita, tapi kita bisa mengendalikan bagaimana kita meresponsnya.

Inilah yang jadi dasar pemikiran Epictetus. Ia percaya bahwa kunci kebahagiaan adalah menerima hal-hal yang tidak bisa kita ubah dan fokus pada apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran, sikap, dan tindakan kita.

Beberapa poin utama dari ajaran Epictetus tentang kebahagiaan dan kebebasan dari kondisi eksternal adalah:

1. Kendalikan yang Bisa Dikendalikan

Epictetus mengajarkan bahwa kita harus memfokuskan energi kita pada hal-hal yang ada di bawah kendali kita, seperti pikiran dan tindakan kita sendiri.

2. Terima yang Tidak Bisa Diubah

Menurut Epictetus, menerima kenyataan dan tidak mencoba melawan hal-hal yang tidak bisa kita ubah adalah kunci untuk mencapai ketenangan batin.

3. Kebajikan Adalah Kunci

Epictetus percaya bahwa hidup yang baik dan bahagia tergantung pada kebajikan, yaitu menjalani hidup dengan integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab.

4. Kebahagiaan dari Dalam 

Kebahagiaan sejati datang dari dalam diri kita, bukan dari benda-benda materi atau kondisi eksternal. Kebahagiaan adalah hasil dari pikiran yang tenang dan terkendali.

Kebahagiaan Menurut Epictetus

Menurut Epictetus, kebahagiaan sejati tidak tergantung pada hal-hal di luar diri kita seperti harta, status, atau keadaan sekitar. Ia percaya bahwa kebahagiaan berasal dari dalam diri kita, terutama dari bagaimana kita mengelola pikiran dan sikap kita terhadap segala sesuatu yang terjadi.

Salah satu konsep penting dalam ajaran Epictetus adalah ataraxia, yang berarti ketenangan batin. Ataraxia adalah keadaan di mana pikiran kita tenang dan tidak terganggu oleh emosi negatif seperti kecemasan, kemarahan, atau kesedihan.

Untuk mencapai ataraxia, Epictetus mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, seperti sikap dan reaksi kita, dan menerima dengan lapang dada hal-hal yang berada di luar kendali kita.

Misalnya, jika kita kehilangan pekerjaan, daripada meratapi nasib dan merasa putus asa, Epictetus akan menyarankan kita untuk menerima kenyataan itu dan fokus pada apa yang bisa kita lakukan selanjutnya, seperti mencari pekerjaan baru atau meningkatkan keterampilan kita.

Selain ataraxia, Epictetus juga menekankan pentingnya arete, atau kebajikan, dalam mencapai kebahagiaan sejati. Kebajikan menurut Epictetus meliputi integritas, kejujuran, keberanian, dan rasa tanggung jawab. Hidup dengan kebajikan berarti kita selalu berusaha melakukan yang terbaik dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang tinggi.

Ketika kita menjalani hidup dengan kebajikan, kita akan merasa lebih puas dan damai karena kita tahu bahwa kita telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, terlepas dari hasilnya.

Jadi, kebahagiaan menurut Epictetus bukan tentang memiliki lebih banyak atau mencapai kesuksesan yang diakui orang lain, tapi tentang hidup dengan integritas dan ketenangan batin.

Ketidakbergantungan pada Kondisi Eksternal

Epictetus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada kondisi eksternal, contoh konkret dari ajarannya yaitu, ketika Anda sedang terjebak dalam kemacetan lalu lintas.

Daripada marah dan frustrasi, lebih baik menerima situasi tersebut dan menggunakan waktu untuk mendengarkan musik, ceramah, podcast favorit, atau hal bermanfaat lainnya. Dengan begitu, Anda tetap bisa merasa tenang meskipun situasinya tidak ideal.

Untuk mengembangkan kontrol atas reaksi dan emosi diri, Epictetus menyarankan kita untuk selalu menyadari pikiran dan perasaan kita. Misalnya, ketika merasa marah atau cemas, cobalah berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri, "Apakah hal ini benar-benar di bawah kendali saya?" Jika tidak, lepaskan dan fokus pada hal-hal yang bisa Anda kendalikan, seperti bagaimana Anda memilih untuk merespons situasi tersebut.

Epictetus juga mengajarkan tentang pentingnya membedakan antara hal-hal yang berada di bawah kendali kita dan yang tidak. Hal-hal yang berada di bawah kendali kita meliputi pikiran, sikap, dan tindakan kita sendiri. Sementara itu, hal-hal yang tidak berada di bawah kendali kita termasuk opini orang lain, cuaca, atau hasil dari usaha kita.

Contohnya, jika Anda sedang menjalani wawancara kerja, yang bisa Anda kendalikan adalah persiapan dan performa Anda selama wawancara. Namun, keputusan apakah Anda diterima atau tidak berada di luar kendali Anda. Jadi, setelah melakukan yang terbaik, lepaskan hasilnya dan jangan biarkan itu mempengaruhi kebahagiaan Anda.

Relevansi dan Aplikasi di Zaman Modern

Meskipun Epictetus hidup ribuan tahun yang lalu, ajarannya tentang kebahagiaan dan ketenangan batin masih sangat relevan di zaman modern ini. Di tengah kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan, banyak orang mencari cara untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati.

Filosofi Epictetus, yang menekankan pada pengendalian diri dan ketidakbergantungan pada hal-hal eksternal, bisa menjadi panduan yang sangat berguna.

Tiga contoh pengaplikasiannya di dalam kehidupan:

1. Menghadapi Stres Kerja

Ketika pekerjaan menumpuk dan tekanan semakin besar, kita bisa mengingat ajaran Epictetus untuk fokus pada apa yang bisa kita kendalikan. Alih-alih stres berlebihan, kita bisa menyusun rencana, prioritas, dan bekerja setahap demi setahap.

2. Interaksi Sosial

Jika ada seseorang yang bersikap negatif atau tidak menyenangkan, kita bisa menerapkan prinsip Epictetus dengan tidak membiarkan sikap mereka mempengaruhi suasana hati kita. Kita bisa memilih untuk merespons dengan tenang dan sopan.

3. Menghadapi Ketidakpastian

Dalam situasi seperti pandemi atau krisis ekonomi, kita bisa mengendalikan reaksi kita dengan tetap tenang dan fokus pada langkah-langkah yang bisa kita ambil untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan kita serta keluarga.

Epictetus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri kita dan tidak bergantung pada kondisi eksternal. Ajarannya yang mencakup kontrol diri, ketenangan batin (ataraxia), dan kebajikan (arete) menawarkan panduan yang sangat relevan untuk menghadapi tantangan modern.

Epictetus menekankan pentingnya membedakan antara hal-hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Dengan fokus pada sikap dan reaksi kita sendiri, kita bisa mencapai ketenangan batin bahkan dalam situasi yang sulit. Ajarannya mengajak kita untuk menerima kenyataan yang tidak bisa kita ubah dan menjalani hidup dengan kebajikan.

Intinya, kebahagiaan sejati tidak bergantung pada apa yang terjadi di luar sana, tapi pada bagaimana kita meresponsnya.

Jadi, mari kita merenungkannya dan mencoba mengadopsinya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan begitu, kita bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang lebih tahan lama, apapun situasi yang kita hadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun