Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Operator Sekolah

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Epictetus, Kebahagiaan Sejati Selalu Tidak Bergantung pada Kondisi Eksternal

30 Juni 2024   15:31 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:28 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebahagiaan. (Sumber Gambar: pexels.com/Anastasia Kolchina) 

Beberapa poin utama dari ajaran Epictetus tentang kebahagiaan dan kebebasan dari kondisi eksternal adalah:

1. Kendalikan yang Bisa Dikendalikan

Epictetus mengajarkan bahwa kita harus memfokuskan energi kita pada hal-hal yang ada di bawah kendali kita, seperti pikiran dan tindakan kita sendiri.

2. Terima yang Tidak Bisa Diubah

Menurut Epictetus, menerima kenyataan dan tidak mencoba melawan hal-hal yang tidak bisa kita ubah adalah kunci untuk mencapai ketenangan batin.

3. Kebajikan Adalah Kunci

Epictetus percaya bahwa hidup yang baik dan bahagia tergantung pada kebajikan, yaitu menjalani hidup dengan integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab.

4. Kebahagiaan dari Dalam 

Kebahagiaan sejati datang dari dalam diri kita, bukan dari benda-benda materi atau kondisi eksternal. Kebahagiaan adalah hasil dari pikiran yang tenang dan terkendali.

Kebahagiaan Menurut Epictetus

Menurut Epictetus, kebahagiaan sejati tidak tergantung pada hal-hal di luar diri kita seperti harta, status, atau keadaan sekitar. Ia percaya bahwa kebahagiaan berasal dari dalam diri kita, terutama dari bagaimana kita mengelola pikiran dan sikap kita terhadap segala sesuatu yang terjadi.

Salah satu konsep penting dalam ajaran Epictetus adalah ataraxia, yang berarti ketenangan batin. Ataraxia adalah keadaan di mana pikiran kita tenang dan tidak terganggu oleh emosi negatif seperti kecemasan, kemarahan, atau kesedihan.

Untuk mencapai ataraxia, Epictetus mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, seperti sikap dan reaksi kita, dan menerima dengan lapang dada hal-hal yang berada di luar kendali kita.

Misalnya, jika kita kehilangan pekerjaan, daripada meratapi nasib dan merasa putus asa, Epictetus akan menyarankan kita untuk menerima kenyataan itu dan fokus pada apa yang bisa kita lakukan selanjutnya, seperti mencari pekerjaan baru atau meningkatkan keterampilan kita.

Selain ataraxia, Epictetus juga menekankan pentingnya arete, atau kebajikan, dalam mencapai kebahagiaan sejati. Kebajikan menurut Epictetus meliputi integritas, kejujuran, keberanian, dan rasa tanggung jawab. Hidup dengan kebajikan berarti kita selalu berusaha melakukan yang terbaik dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang tinggi.

Ketika kita menjalani hidup dengan kebajikan, kita akan merasa lebih puas dan damai karena kita tahu bahwa kita telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, terlepas dari hasilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun