Kurang Pengalaman Bekerja: Banyak dari para Gen Z yang masih memiliki kekurangan yaitu dalam segi pengalaman kerja.
Lapangan Pekerjaan yang Cenderung Sedikit: Ketika melamar pekerjaan, Gen Z akan bersaing dengan generasi-generasi sebelumnya.
Terlalu Picky Mencari Pekerjaan: Gen Z cenderung selektif dalam memilih pekerjaan.
Skill yang Berganti dan Kurang Dikuasai: Gen Z seringkali menghadapi tantangan dalam menguasai skill yang selalu berubah.
Lalu, apa yang bisa membuat suatu generasi merasa tertindas di tempat kerja, khususnya Gen Z?
Menurut sumber dari kompasiana.com/Suko Waspodo, health.kompas.com dan id.chalized.com, ada beberapa faktor yang bisa membuat suatu generasi merasa tertindas di tempat kerja:
Perilaku Berulang dan AgresifÂ
Penindasan di tempat kerja mengacu pada perilaku berulang, berbahaya, dan agresif yang ditujukan terhadap seorang karyawan atau sekelompok karyawan oleh satu atau lebih individu. Bentuknya bisa bermacam-macam, termasuk pelecehan verbal, intimidasi, penghinaan, pengucilan, atau bahkan ancaman fisik.
Kegagalan dalam Mencegah Bahaya
Jika suatu organisasi tidak memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas untuk mencegah intimidasi di tempat kerja atau jika organisasi tersebut menutup mata terhadap perilaku tersebut, maka organisasi tersebut gagal dalam tugasnya untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan penuh rasa hormat bagi karyawannya.
Kurangnya DukunganÂ
Ketika karyawan melaporkan insiden penindasan dan organisasi tidak mengambil tindakan yang tepat untuk mendukung korban atau mengatasi masalah tersebut, hal ini dapat dianggap sebagai pengkhianatan terhadap kepercayaan.
Membenarkan PerilakuÂ
Dalam beberapa kasus, budaya organisasi dan kepemimpinan mungkin secara implisit atau eksplisit memaafkan perilaku intimidasi, sehingga menciptakan lingkungan di mana pelaku intimidasi dapat berkembang.
Faktor Individu dan OrganisasiÂ
Penyebab bullying di tempat kerja mungkin melibatkan faktor individu dan organisasi, seperti kepemimpinan yang toxic, narsisme, rasa insecure, kurangnya kontrol emosional, desain pekerjaan yang bermasalah (misalnya, konflik peran), dan masalah yang berkaitan dengan budaya dan politik organisasi.