Menjadi orang yang baik dan suka menolong adalah hal yang mulia. Namun, kita juga harus berhati-hati agar tidak terlalu banyak berkorban untuk orang lain, terutama jika orang tersebut tidak tahu berterima kasih.
Topik artikel ini adalah tentang pentingnya menjaga batas diri dan menghargai diri sendiri ketika berhadapan dengan orang yang tidak tahu berterima kasih.
Topik ini sangat penting untuk dibahas karena banyak orang yang sering kali merasa dimanfaatkan dan tidak dihargai karena terlalu banyak berkorban untuk orang lain. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik kita.
Selain itu, topik ini juga perlu untuk dibahas karena dapat membantu kita untuk memahami diri sendiri dan belajar untuk menghargai diri sendiri termasuk penulis.
Sebelumnya mari kita sama-sama mengenal apa itu berkorban atau rela berkorban. Rela berkorban adalah sikap dan perilaku seseorang yang sanggup dan mau mengorbankan sesuatu untuk kepentingan orang lain, masyarakat, bangsa, atau negara. Ini bisa berupa waktu, tenaga, materi, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, pengorbanan adalah tindakan yang dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih, dan tidak mengharapkan imbalan. Pengorbanan juga dapat diartikan sebagai bentuk cinta, kasih sayang, dan tanggung jawab.
Di bawah ini adalah contoh-contoh pengorbanan yang sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya:
- Orang tua yang bekerja keras untuk menghidupi anaknya.
- Seorang anak yang rela menunda keinginannya untuk membantu orang tuanya.
- Seorang teman yang rela meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah kita.
- Seseorang yang rela menyumbangkan hartanya untuk membantu orang yang membutuhkan.
- Seorang prajurit yang rela mempertaruhkan nyawanya untuk membela negaranya.
- dan masih banyak lagi.
Seberapa jauh seseorang harus berkorban untuk orang lain?Â
Jawabannya tidak bisa disamaratakan untuk semua orang. Setiap orang memiliki batasan-batasannya masing-masing.
Secara umum, batas-batas pengorbanan dapat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
Pertama, kemampuan dan kondisi diri sendiri. Seberapa besar kemampuan dan kondisi diri kita untuk berkorban? Jika kita sudah merasa kelelahan, stres, atau bahkan membahayakan diri sendiri, maka kita perlu membatasi pengorbanan kita.
Kedua, kebutuhan dan kepentingan orang lain. Seberapa besar kebutuhan dan kepentingan orang lain yang kita bantu? Jika pengorbanan kita tidak terlalu diperlukan, maka kita tidak perlu memaksakan diri.
Ketiga, nilai-nilai dan prinsip hidup kita. Apakah pengorbanan yang kita lakukan sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip hidup kita? Jika tidak, maka kita perlu mempertimbangkan kembali untuk melakukannya.
Dan ternyata berkorban terlalu banyak dapat berdampak negatif pada diri kita, baik secara fisik maupun mental. Di bawah ini adalah beberapa dampak negatif yang dapat terjadi:
Pertama, kehilangan diri sendiri. Jika kita terlalu fokus untuk memenuhi kebutuhan orang lain, maka kita bisa kehilangan diri sendiri. Kita bisa lupa akan kebutuhan dan keinginan kita sendiri.
Kedua, stres dan kelelahan. Berkorban membutuhkan energi dan waktu. Jika kita terlalu banyak berkorban, maka kita bisa merasa stres dan kelelahan.
Ketiga, rasa tidak dihargai. Jika orang yang kita bantu tidak menghargai pengorbanan kita, maka kita bisa merasa tidak dihargai. Hal ini dapat membuat kita merasa kecewa dan marah.
Keempat, menjadi orang yang mudah dimanfaatkan. Orang yang terlalu banyak berkorban sering kali menjadi sasaran empuk untuk dimanfaatkan oleh orang lain.
Oleh sebab itu, penting untuk menjaga batas-batas pengorbanan kita. Kita perlu belajar untuk mengatakan "tidak" jika kita merasa tidak mampu atau tidak mau berkorban. Kita juga perlu belajar untuk menghargai diri sendiri dan tidak membiarkan orang lain memanfaatkan kita. Setuju?
Sayangnya, di antara kita ada sekelompok orang yang sulit sekali untuk menghargai pengorbanan orang lain. Mereka bagai jurang tak bertepi, sebanyak apapun kebaikan yang ditumpahkan, tidak akan pernah merasa cukup atau bersyukur. Di bawah ini ada lima karakteristik yang mungkin dimiliki oleh orang-orang yang tidak tahu berterima kasih:
1. Mengambil Kebaikan sebagai Hak
Mereka menganggap kebaikan dan bantuan sebagai hal yang wajar dan pantas mereka terima, seolah-olah itu kewajiban orang lain untuk menolong mereka.
2. Fokus pada Kekurangan
Sekeras apapun usahamu membantu, mereka selalu punya titik untuk dicermati dan dikritik. Mereka bisa saja mengeluhkan hal-hal sepele yang tidak sesuai keinginan mereka, mengabaikan keseluruhan usaha dan pengorbananmu. Singkatnya ada aja yang kurang dari kita.
3. Tidak Pernah PuasÂ
Keinginan mereka seakan tak berujung, tak peduli seberapa banyak yang sudah diberikan. Mereka akan terus menerus meminta bantuan tanpa batas, dan bahkan mungkin menyalahkanmu jika tidak bisa memenuhinya. Parah banget kan?
4. Kurang Empati
Mereka kesulitan memahami bahwa tindakan mereka bisa melukai orang lain. Mereka tidak bisa merasakan atau peduli bagaimana perjuangan dan pengorbananmu telah berdampak pada dirimu. Ini sih namanya udah gak tau terima kasih!
5. Narsistik dan Egois
Seringkali, sikap tidak tahu berterima kasih ini terjalin dengan sifat narsistik dan egois. Mereka hanya mementingkan diri sendiri dan kebutuhan mereka, tanpa peduli dampaknya pada orang lain. Red flag banget!
Kita wajib menyadari keberadaan orang-orang seperti ini supaya kita bisa menjaga diri dan tidak terjebak dalam hubungan yang merugikan. Berikut beberapa cara mengenali dan menghadapi mereka yang bisa kamu coba:
Pertama, perhatikan pola perilaku. Amati apakah pola mereka konsisten selalu tidak menghargai. Jika mereka secara berulang kali menunjukkan karakteristik di atas, mungkin ini saatnya untuk waspada.
Kedua, komunikasi terbuka dan asertif. Coba komunikasikan dengan mereka secara terbuka dan asertif tentang bagaimana sikap mereka membuatmu merasa. Sampaikan batasan-batasanmu dan katakan "tidak" jika kamu merasa tidak mampu atau tidak nyaman memenuhi permintaan mereka.
Ketiga, batasi keterlibatan. Tidak perlu memutus hubungan sepenuhnya, namun pertimbangkan untuk membatasi keterlibatanmu dengan mereka. Jangan biarkan mereka memanfaatkan kebaikanmu terus-menerus.
Keempat, prioritaskan diri sendiri. Ingatlah bahwa kesehatan mental dan fisikmulah yang terpenting. Jangan sampai mengorbankan dirimu sendiri demi orang yang tidak bisa menghargai.
Kelima, cari dukungan (backup). Bicaralah dengan orang lain yang kamu percaya tentang situasi ini. Mendapatkan dukungan sosial dapat membantumu merasa tidak sendirian dan membuat keputusan yang tepat.
Berada di sekitar orang yang tidak tahu berterima kasih memang bisa jadi menguras energi dan menyakitkan. Namun, dengan mengenali perilaku mereka dan belajar untuk menjaga batasan, kamu bisa melindungi dirimu sendiri dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan orang-orang yang benar-benar menghargai keberadaanmu.
Menjadi orang yang baik dan suka menolong adalah hal yang mulia, tetapi kita juga harus berhati-hati agar tidak terlalu banyak berkorban untuk orang lain, terutama jika orang tersebut tidak tahu berterima kasih.
Berkorban terlalu banyak dapat berdampak negatif pada diri kita, baik secara fisik maupun mental, seperti kehilangan diri sendiri, stres serta kelelahan, rasa tidak dihargai, dan menjadi orang yang mudah dimanfaatkan
Oleh sebab itu, penting untuk menjaga batas-batas pengorbanan kita. Kita perlu belajar untuk mengatakan "tidak" jika kita merasa tidak mampu atau tidak mau berkorban. Kita juga perlu belajar untuk menghargai diri sendiri dan tidak membiarkan orang lain memanfaatkan kita.
Cara mengenali dan menghadapi orang yang tidak tahu berterima kasih, yaitu perhatikan pola perilaku, komunikasi terbuka dan asertif, batasi keterlibatan, prioritaskan diri sendiri, cari dukungan
Di bawah ini adalah lima saran untuk pembaca yang bisa dicoba tentang bagaimana menyeimbangkan antara berkorban dan menjaga kepentingan diri sendiri:
- Kenali diri sendiri dan batasan-batasanmu. Apa yang bisa kamu lakukan dan apa yang tidak bisa kamu lakukan? Apa yang kamu bersedia korbankan dan apa yang tidak?
- Belajar untuk mengatakan "tidak". Jangan merasa bersalah jika kamu tidak bisa memenuhi permintaan orang lain.
- Bersikap tegas dan konsisten. Jika kamu sudah mengatakan "tidak", jangan mudah goyah.
- Prioritaskan diri sendiri. Ingatlah bahwa kesehatan mental dan fisikmu adalah yang terpenting.
Dengan mengikuti saran-saran tersebut, kita dapat belajar untuk berkorban secara bijak dan tidak merugikan diri sendiri. Ingat ya, Love your self!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H