Mohon tunggu...
Noeradji Prabowo
Noeradji Prabowo Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Konsultan manajemen dengan pengalaman membantu berbagai industri/jasa perusahaan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tantangan-8: Kekuatan Kepercayaan Pada Kepemimpinan

31 Maret 2024   08:51 Diperbarui: 31 Maret 2024   08:59 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trust and Inspire -  Stephen M. R. Covey (s.id/203Kd)

Kini, membangun kepercayaan bukan hanya tentang apa yang Anda katakan; ini tentang apa yang kamu lakukan, hari demi hari. Jadilah pemimpin yang muncul, yang mendengarkan, dan yang memimpin dengan integritas dan keterbukaan. Saat Anda membuat kesalahan---dan kita semua memang demikian---memilikinya dan memperlakukannya sebagai kesempatan belajar untuk semua orang. Soalnya, orang tidak hanya mengikuti judul; mereka mengikuti keberanian. Mereka mengikuti keaslian. Jadi, jadilah pemimpin yang meletakkan landasan kepercayaan, dan lihat bagaimana hal itu merevolusi tim Anda dinamika, meningkatkan semangat, dan melambungkan organisasi Anda kesuksesan ke tingkat yang tidak pernah Anda bayangkan mungkin terjadi. Anda punya ini!

 

Untuk Direnungkan

1. Apakah lingkungan kerja Anda terbuka untuk diskusi yang jujur?

Membangun lingkungan yang aman bukan hanya tentang menghindari kritik; akan tetapi tentang menciptakan budaya di mana umpan balik, baik positif maupun konstruktif, disambut dan dihargai. Pemimpin harus memfasilitasi dialog terbuka, di mana anggota tim merasa pendapat mereka dihargai dan dipertimbangkan. Dorong sesi curah pendapat, dan jadikan titik untuk mengenali dan menghargai ide-ide baru. Ketika ada kekhawatiran diangkat, atasi segera dan pastikan bahwa anggota tim merasa didengar. Cara praktis untuk mengukur hal ini adalah dengan meminta umpan balik secara anonim tentang keterbukaan diskusi tim dan menindaklanjutinya saran yang diberikan.

2. Apakah Anda autentik dan konsisten, terutama pada saat-saat sulit mengatur waktu?

Konsistensi adalah kunci dalam kepemimpinan. Anggota tim merasa nyaman mengetahui apa yang diharapkan, dan perilaku yang tidak dapat diprediksi dapat mengikis kepercayaan dengan cepat. Memimpin dengan keaslian berarti jujur pada diri sendiri, mengakui ketika Anda tidak mengetahui sesuatu, dan bersikap transparan tentang keputusan. Selama masa-masa sulit, daripada bersembunyi atau meremehkan masalah, berkomunikasi secara terbuka dengan tim Anda.

(di buku Bung Hatta: Kisah Hidup dan Pemikiran Sang Arsitek Kemerdekaan - MUHAMMAD MUHIBUDDIN; dituliskan karakter dan prinsip Bung Hatta yang tepat dijadikan teladan bagi para pimpinan yaitu Bung Hatta memiliki prinsip yang tegas untuk membuat dirinya "sama kata dengan perbuatan". Beliau tidak pernah mengubah niat atau janji yang sudah disampaikan.)

Bagikan masalah, mengundang solusi, dan membuat keputusan kolaboratif. Ingat, keaslian juga berarti mengakui kesalahan. Ketika kamu mengakui kesalahan, itu tidak hanya menunjukkan kerendahan hati tetapi juga menetapkan standar untuk tim tentang pentingnya belajar dari kesalahan daripada takut akan kesalahan tersebut.

3. Bagaimana Anda menangani kerentanan dan kegagalan?

Kerentanan bukan berarti kelemahan; ini tentang menunjukkan manusiamu samping. Ini tentang mengakui ketika Anda tidak yakin, mencari bantuan, dan berbagi pengalaman pribadi yang membentuk perjalanan kepemimpinan Anda. Dengan menunjukkan kerentanan, Anda membuat diri Anda lebih bisa diterima dan diterima mudah didekati. Ketika menghadapi kegagalan, alih-alih menyalahkan, memperlakukannya sebagai kesempatan belajar. Atur 'retrospektif' atau 'postmortem' pertemuan demi proyek untuk membahas apa yang berjalan baik dan apa dapat ditingkatkan, memastikan fokusnya adalah pada proses dan bukan pada individu. Rayakan upaya dan pembelajaran yang didapat kegagalan. Pendekatan ini tidak hanya menumbuhkan ketahanan tetapi juga mendorong anggota tim untuk mengambil risiko yang diperhitungkan, mengetahui hal itu bahkan jika mereka tidak berhasil, mereka akan belajar dan berkembang.

 

Tindaklanjut

1. Menerapkan "Audit Kepercayaan":

Lakukan "Audit Kepercayaan" secara berkala untuk mengukur tingkat kepercayaan dalam diri Anda tim atau organisasi. Gunakan survei anonim atau kelompok yang difasilitasi diskusi untuk menilai bagaimana perasaan anggota tim tentang kepercayaan pemimpin dan rekan-rekan mereka. Mengajukan pertanyaan yang mengeksplorasi integritas, keandalan, dan keterbukaan individu dalam tim. Gunakan umpan balik ini untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan untuk mengembangkan rencana aksi yang spesifik. Ingat, kepercayaan tidaklah statis; dia memerlukan perhatian terus-menerus dan evaluasi ulang.

2. Bentuklah "Forum Kegagalan":

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun