Mohon tunggu...
Noeradji Prabowo
Noeradji Prabowo Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Konsultan manajemen dengan pengalaman membantu berbagai industri/jasa perusahaan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tantangan-5: Merangkul Perbedaan untuk Kemajuan Budaya Kerja

10 Maret 2024   08:02 Diperbarui: 24 Maret 2024   11:43 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elevate Your Leadership: A 30-Day Challenge – Nina Da Cruz (https://bit.ly/3O3ssQx)

3

Jadilah Pengacara Anda Sendiri

  •    
  •   

Baiklah, kalau catatan sudah selesai Anda isi, maka kita akan lanjutkan tantangan-5 di minggu ini: Merangkul Perbedaan Untuk Kemajuan Budaya Kerja

Jangan lupa, untuk minggu ini Anda mengisi formulir Rencana Tindakan Penerapan tantangan-5.

 

  • Rahajeng Rahina Nyepi 2024, dumogi rahayu sareng sami.

  • Marhaban Ya Ramadhan! Semoga kita selalu mendapatkan rahmat dan berkah dari Allah SWT.

Salam Improvement!

=========================================================================================


“Kepemimpinan yang baik mengharuskan Anda dikelilingi orang-orang dengan beragam perspektif yang bisa tidak setuju dengan Anda tanpa takut akan pembalasan.”- Doris Kearns Goodwin


Dalam tim yang sangat kuat, perbedaan pendapat bukanlah kesalahan atau masalah; itu adalah saus rahasia yang membantu semua orang tumbuh dan berkembang ide-ide luar biasa. Seringkali, lingkungan kerja tradisional merayakan harmoni palsu, di mana konsensus lebih dihargai daripada konflik konstruktif. Pola pikir ini tidak hanya menghambat pertumbuhan tetapi juga menumbuhkan budaya kepuasan. Dalam situasi seperti itu, kita harus bertanya, apakah tim itu benar-benar ada bersatu atau sekadar menghindari ketidaknyamanan yang menghindari pertentangan? Bayangkan saja sebuah orkestra dimana setiap musisi berada memainkan nada yang sama; hasil akhirnya akan jauh dari harmonis, kurang kedalaman dan kompleksitas yang membuat musik menjadi musikal.

Keengganan untuk menerima perbedaan pendapat bermula dari anggapan yang salah bahwa keseragaman sama dengan kesatuan. Kenyataannya, ini menciptakan ruang gema yang menghambat kreativitas dan inovasi. Mengapa apakah kita takut akan ketegangan yang muncul karena sudut pandang yang berbeda? Mungkinkah apakah kita telah menggabungkan perdebatan yang saling menghormati dengan perpecahan? Ide-ide inovatif seringkali muncul dari tungku konstruktif konflik. Melalui wadah perspektif yang bervariasi dan sehat perdebatan bahwa konsep mentah disempurnakan menjadi solusi transformatif.

Jadi, seperti apa seharusnya lingkungan kerja yang ideal? Bayangkan sebuah meja di mana setiap orang mempunyai tempat duduk dan setiap suara dihargai. Di meja ini, perbedaan pendapat tidak hanya ditoleransi; mereka didorong. Itulah peran pemimpin di sini bukanlah menjadi yang bersuara paling lantang, melainkan yang paling penuh perhatian. Ini tentang menumbuhkan budaya yang dirasakan anggota tim diberdayakan untuk mengungkapkan pikiran mereka tanpa takut diejek atau pembalasan. Lingkungan terbuka ini adalah tempat berkembangnya kreativitas, mengarah pada pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang lebih baik.

(ingat dalam diri setiap orang terdapat enam topi pemikiran -six thinking hat-, tugas pemimpinlah untuk menyelaraskannya)

Namun menciptakan budaya seperti itu tidak terjadi dalam semalam. Ini dimulai dengan kepemimpinan yang terbuka untuk menguji diri sendiri dan bersedia menantang status quo. Apakah Anda, sebagai seorang pemimpin, memberi contoh dengan mencari keluar beragam pendapat? Apakah Anda menciptakan ruang aman di mana anggota tim dapat berbicara secara terbuka? Jika belum, maka inilah saatnya untuk menjadi katalis bagi pergeseran budaya ini. Terserah Anda untuk mengatur nadanya, untuk menunjukkannya bahwa tidak setuju bukanlah hal yang wajar—itu memang sudah diduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun