Beri ruang pada anak untuk bergerak dan mengeksplorasi lingkungan. Biarkan anak melakukan hal-hal yang berisiko. Hilangkan kekhawatiran bahwa anak akan celaka sehingga yang terjadi adalah larangan ini dan itu. Selayaknya memang tugas orangtua untuk selalu mengawasi dan mengingatkan jika memang ada potensi bahaya.
4. Berikan ruang untuk mengambil risiko
Arahkan secara tepat agar anak menjadi peka terhadap orang lain dan lingkungannya. Sehingga anak tidak bersikap memaksakan kehendak terhadap hal-hal apa pun, namun malah menjadi lebih berhati-hati.
5. Mintalah mereka membantu tugas-tugas yang umumnya diperuntukkan bagi guru di dalam kelas.
Anak butuh untuk terus bergerak untuk menyalurkan energinya. Manfaatkan hal ini dengan memintanya untuk membantu tugas-tugas guru seperti membagikan kertas lembar kerja, membersihkan papan tulis, membawakan buku-buku guru dan lain sebagainya.
Mengurangi bantuan pada anak dalam mengerjakan tugas juga akan membuatnya merasa bertanggung jawab untuk diri sendiri dan tidak memerintah orang lain. Kecuali hanya pada keadaan mendesak saja.
6. Biarkan mereka memiliki banyak waktu bermain bebas di mana mereka dapat memilih bagaimana mereka ingin menghabiskan waktu mereka.
Kita boleh membiarkan anak-anak memiliki banyak waktu untuk bermain, dan membebaskan mereka untuk dapat memilih di mana dan bagaimana mereka ingin menghabiskan waktunya.
7. Bersiaplah untuk memberikan dukungan sosial/emosional yang berkelanjutan
Jika anak bersikap atau berperilaku suka memerintah terhadap orangtua, teman atau orang lain bahkan yang lebih tua, maka jangan memberikan reaksi apa pun baik tertawa ataupun memarahinya. Tetaplah tenang dan katakana padanya untuk mengulangi permintaannya dengan cara yang lebih sopan.
Jangan melakukan apa pun untuknya jika anak meminta sesuatu. Hal ini penting untuk dilakukan agar anak dapat memahami bahwa dirinya bukanlah bos yang bisa bertindak sesuka hatinya terutama kepada orangtua.