Lalu tindakan apa yang harus dilakukan guru untuk memberantas bullying? Berikut adalah beberapa saran yang mungkin bisa menjadi diskusi dan masukan bersama untuk kita semua sebagai guru.
1. Guru itu adalah role model.Â
Sadarilah bahwa guru merupakan role model bagi anak didik kita. Role model artinya teladan yang bisa memberikan contoh yang baik kepada orang lain baik melalui pola pikir maupun perilaku yang dilakukan sehari-hari. Karenanya guru di sekolah sangat berpengaruh karena memiliki peran yang besar di dalam tumbuh kembang anak-anak didik di sekolah.Â
Sebagai guru maka kita adalah pengganti orang tua di mana guru harus membela anak-anak jangan sampai mereka merasa direndahkan. Dalam hal ini guru juga harus berlatih tentang bagaimana mengatasi bullying sekaligus memahami seluk beluk bullying.Â
Jangan sampai apa yang kita lakukan sebagai guru justru malah menjadi pemicu munculnya bullying di sekolah. Menata perilaku dan ucapan merupakan bagian penting yang harus dimiliki sebagai kecakapan bagi seorang guru. Karenanya tunjukkanlah jika guru bisa menjadi teladan di sekolah.
2. Berhentilah memilih anak emas diantara siswa.Â
Tanpa kita sadari, terkadang kita sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan anak yang lainnya. Alih-alih memberi semangat kepada anak didik, justru kita malah merendahkan anak didik dengan membanding-bandingkannya. "Ayo anak-anak cepat dikerjakan, lihat itu si ani, dia sudah selesai dengan tugasnya. Pintar sekali mengerjakannya juga". Ucapan semacam ini masih sering terdengar dan diucapkan oleh guru. Padahal dengan berkata seperti ini, anak-anak akan hilang motivasinya untuk belajar.
3. Buat regulasi atau aturan sekolah yang harus dilakukan siswa. Setiap kali saya memulai kelas di awal tahun ajaran baru, maka selalu saya memasukkan aturan yang harus ditaati oleh siswa di dalam kelas. Aturan untuk selalu berbuat baik kepada teman juga menjadi aturan yang tidak kalah penting untuk ditekankan kepada siswa.Â
Selalu saya sampaikan bahwa berbuat baik kepada teman juga berarti saying good words only. Artinya anak-anak hanya diperkenankan untuk memuji teman dengan tulus dan mengucapkan kata-kata yang baik. Apabila mereka mengucapkan kata-kata yang tidak pantas terhadap yang lainnya, kita bisa meminta mereka untuk memiliki konsekuensi apa yang akan ditanggung.Â
Dengan menetapkan konsekuensi ini, maka anak didik akan lebih bertanggung jawab dalam penerapannya. Termasuk pengawasan terhadap anak-anak pada setiap bentuk aktivitas dan jam belajar. Misalnya, di kantin, ada pengawasan khusus dan siswa dilarang mengobrol terlalu lama yang pada akhirnya berujung pada keributan dan pembullyan. Sistem piket guru sesuai area dan jam juga patut ditingkatkan sebagai pencegahannya.
4. Melakukan joyfull learning.Â