Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menggilas Rasa Bersalah dan Malu yang Dialami Anak, Caranya?

17 Oktober 2023   10:12 Diperbarui: 17 Oktober 2023   12:31 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi Noenky Pribadi

Setiap orang pasti melakukan kesalahan. Kesalahan merupakan hal yang normal yang bisa saja dilakukan oleh manusia. Tapi rasa bersalah dan malu yang tak hilang akibat melakukan kesalahan bisa merusak fisik dan mental seseorang jika terus menerus mengutukinya dan disimpan sebagai aib hingga menyesalinya tanpa kesudahan.

Beberapa anak menyembunyikan dan merasa malu atas kesalahan yang mereka lakukan. Namun anak-anak tentu membutuhkan waktu lebih lama dalam menyadari bahwa setiap manusia membutuhkan waktu untuk berdamai dengan penyesalan akibat dari kesalahannya. 

Tentunya anak-anak juga tidak disarankan untuk terus menerus merasa malu dengan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya di masa lalu. Kita perlu membantu anak-anak bagaimana  memahami bahwa kesalahan sebenarnya bisa berakibat baik. 

Berikut adalah langkah-langkah dalam membantu anak-anak menghilangkan rasa malu dan perasaan bersalah setelah melakukan kesalahan.

LANGKAH PERTAMA:  MENEMUKAN SUMBER MASALAHNYA

Ketika anak-anak menempatkan sebuah gengsi ataupun kebanggaan diri setinggi-tingginya, maka hal ini bisa menjadi sumber masalahnya. 

Misalnya saja apabila ananda sangat tidak mau rambutnya acak-acakan, maka ia akan sangat mudah tersinggung dan marah jika rambutnya diusik. Ini akan membuatnya merasa tidak nyaman dan bahkan malu. 

Perasaan malu dan bersalah memang bisa saja muncul justru dari hal-hal sepele seperti ini. Karenanya sebelum benar-benar menghilangkan rasa malu dan perasaan bersalah, sebagai orangtua/guru harus dapat mengetahui dari mana perasaan itu muncul. 

Secara normal, seseorang akan mengetahui di mana letak kesalahan yang dilakukan, namun tak sedikit pula yang merasa bersalah tanpa tahu di mana kesalahan mereka.

Ayah-bunda/guru dapat membujuk ananda melakukan terapi berikut. Berikan ananda selembar kertas bekas. Katakan kepadanya jika ananda benci membuat kesalahan, ayah-bunda akan tunjukkan seperti apa yang benar-benar terjadi ketika kita melakukan kesalahan. Berpura-puralah pada bagian ini. Katakan kepada ananda seakan-akan kertas adalah cara kerja otak kita.

LANGKAH KEDUA: MENGENALI SUMBER MASALAHNYA DAN MENERIMANYA

Mintalah ananda untuk meremas kertas tersebut. Lalu katakan, "Pikirkan betapa frustrasinya ananda terakhir kali melakukan kesalahan. Sekarang, pindahkan dan hancurkan kertas ini!".

Sampaikan kepada ananda bahwa permintaan maaf yang tulus setelah melakukan kesalahan dapat membantu untuk mulai memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. 

Dengan meminta maaf, ananda akan bisa menyampaikan penyesalan kepada orang yang disakiti dan sekaligus memberitahu mereka bagaimana menghindari kesalahan yang di masa depan.

LANGKAH 3: MENGAMBIL PELAJARAN DARI KESALAHAN

Ratakan kertasnya dan tanyakan apa yang mereka lihat. "Apa yang kamu lihat di kertas ini sekarang? Apa perbedaannya dengan cara kerja 'otakmu'?" Ananda mungkin akan merasa bingung dan mungkin berkata: "Semuanya kacau, semuanya hancur, semuanya kusut."

Sampaikan kepada ananda bahwa memang tidak semua hal bisa kita perbaiki dengan mudah. Sebuah kertas yang rapi tidak akan pernah menjadi rapi kembali setelah diremas. Namun kertas yang sudah tidak rapi akan tetap menjadi kusut dan tidak bisa diperbaiki kembali. 

Yang harus kita lakukan adalah menerima apa yang telah terjadi. Melihat ke belakang dan terus menerus merasa bersalah tidak akan memperbaiki apa yang telah terjadi. Jadi kita harus bisa menerimanya.

LANGKAH 4: BERDISKUSI TENTANG PERMASALAHANNYA

Jelaskan bahwa kertas yang tadi diremas ibaratnya adalah (otak) yang telah menumbuhkan koneksi baru! Berhentilah untuk berpura-pura. Karena itu adalah hal terbaik dalam menghilangkan rasa bersalah dan terpuruk atas apa yang telah dilakukan. 

Katakan, "Garis-garis baru ini mewakili koneksi baru yang tumbuh di otak kita ketika kita melakukan kesalahan. Kesalahan adalah cara manusia untuk BELAJAR!". 

Mengekspresikan setiap emosi yang dirasakan tentu dapat membantu terbebas dari perasaan malu dan menyesal. Temukan selalu orang-orang yang benar-benar dapat dipercaya untuk membicarakan apa yang dirasakan.

LANGKAH 5: MEMBIARKAN APA YANG TELAH TERJADI SEBAGAI PELAJARAN

Gunakan spidol untuk menelusuri garis kerutan dengan warna berbeda. Sampaikan kepada ananda "Satu kesalahan dapat menciptakan jaringan koneksi baru". 

Itulah sebabnya kesalahan adalah hal yang indah untuk perkembangan otak kita. Biarkan apa yang telah terjadi sebagai pengalaman. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah masa lalu yang telah terjadi. 

Sebesar apa pun kita ingin mengubahnya tidak akan ada yang sanggup untuk mengubahnya. Salah satu cara yang tepat untuk mengubahnya adalah dengan menerima apa yang telah terjadi sebagai pelajaran.

Ketika ananda berjuang untuk bangkit kembali dari kesalahan di lain waktu, ingatkanlah mereka tentang selembar kertas yang kusut. Dan semua jalur indah baru yang terbentuk di otak mereka. 

Semoga bermanfaat ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun