LANGKAH KEDUA: MENGENALI SUMBER MASALAHNYA DAN MENERIMANYA
Mintalah ananda untuk meremas kertas tersebut. Lalu katakan, "Pikirkan betapa frustrasinya ananda terakhir kali melakukan kesalahan. Sekarang, pindahkan dan hancurkan kertas ini!".
Sampaikan kepada ananda bahwa permintaan maaf yang tulus setelah melakukan kesalahan dapat membantu untuk mulai memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.Â
Dengan meminta maaf, ananda akan bisa menyampaikan penyesalan kepada orang yang disakiti dan sekaligus memberitahu mereka bagaimana menghindari kesalahan yang di masa depan.
LANGKAH 3: MENGAMBIL PELAJARAN DARI KESALAHAN
Ratakan kertasnya dan tanyakan apa yang mereka lihat. "Apa yang kamu lihat di kertas ini sekarang? Apa perbedaannya dengan cara kerja 'otakmu'?" Ananda mungkin akan merasa bingung dan mungkin berkata: "Semuanya kacau, semuanya hancur, semuanya kusut."
Sampaikan kepada ananda bahwa memang tidak semua hal bisa kita perbaiki dengan mudah. Sebuah kertas yang rapi tidak akan pernah menjadi rapi kembali setelah diremas. Namun kertas yang sudah tidak rapi akan tetap menjadi kusut dan tidak bisa diperbaiki kembali.Â
Yang harus kita lakukan adalah menerima apa yang telah terjadi. Melihat ke belakang dan terus menerus merasa bersalah tidak akan memperbaiki apa yang telah terjadi. Jadi kita harus bisa menerimanya.
LANGKAH 4: BERDISKUSI TENTANG PERMASALAHANNYA
Jelaskan bahwa kertas yang tadi diremas ibaratnya adalah (otak) yang telah menumbuhkan koneksi baru! Berhentilah untuk berpura-pura. Karena itu adalah hal terbaik dalam menghilangkan rasa bersalah dan terpuruk atas apa yang telah dilakukan.Â
Katakan, "Garis-garis baru ini mewakili koneksi baru yang tumbuh di otak kita ketika kita melakukan kesalahan. Kesalahan adalah cara manusia untuk BELAJAR!".Â