Bukan dengan mengajari ananda tentang kata-kata senang, sedih, frustrasi dan marah. Itu hanya bagian dari literasi bukan cara mengatur emosional diri.
Bukan dengan menghukum ananda atau bahkan mengancam ananda ketika ananda sedang mengamuk dan marah/ tantrum.
Bukan dengan membacakan ananda buku-buku tentang emosi, meskipun hal ini baik untuk mengajarkan ananda bagaimana mengatur emosi mereka.Â
Ananda belajar melalui kita sebagai orang tuanya bagaimana mengatur diri sendiri 100 kali. Tentu saja banyak kali ya ayah-bunda. Karena kita sebagai orang tua memang adalah role model bagi ananda kita.Â
Menjadi tenang dan terhubung saat anak kita memiliki perasaan yang besar. Mendengarkan saat saudara mereka sedang luluh dan tetap tenang saat keadaan sulit dalam semua situasi yang ananda saksikan.Â
Akhirnya ketika anak kita telah menyaksikan ini berulang kali dan korteks prefrontal ananda berkembang sepenuhnya, ananda akan mulai meniru apa yang telah kita modelkan dari tahun ke tahun. Ini disebut pengaturan bersama, dan tidak ada yang dapat diajarkan secara eksplisit melalui buku, pelajaran, seperangkat kartu emosi, ceramah, atau hukuman.Â
Ayah-bunda tidak dapat membuat ananda tertib dan tenang tetapi ayah-bunda dapat menunjukkan kepada ananda berkali-kali seperti apa tampilan dan rasanya, dan pada akhirnya ananda mengerti.Â
Ini tentu saja adalah bagaimana banyak dari kita mempelajari tentang ke tidakteraturan dalam hal emosi dan etika. Ingatlah ayah bunda ketika ananda mengamuk dan marah: "Ini adalah manusia seutuhnya, yang saya cintai, yang sedang mengalami masa-masa sulit. Tugas saya adalah membantunya belajar bagaimana melepaskan emosinya dalam cara yang sehat".
Â
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H