Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengajari Ananda Bagaimana Cara Marah, Bukan Mengatakan Jangan Marah!

2 Agustus 2023   14:40 Diperbarui: 16 Agustus 2023   03:45 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: noenky/pribadi)

Setiap orang tanpa terkecuali pasti memiliki kemampuan marah. Marah adalah luapan emosi yang dapat dirasakan seseorang tanpa terkecuali ketika ia merasakan sesuatu yang kurang berkenan atau tidak sesuai dengan keinginannya. 

Marah alamiahnya merupakan sebuah reaksi yang normal saja karena siapa pun dapat merasakannya.

Ketika berpikir tentang anak-anak pemarah, pastilah kita beranggapan bahwa anak yang pemarah tumbuh dalam keluarga yang selalu memberi label "pemarah" kepada anak tersebut. 

Anak-anak yang dibandingkan dengan saudara-saudaranya, dia jauh lebih mungkin mengamuk, memukul saudara-saudaranya, dan meneriaki orang tuanya. 

Mengkhawatirkan bukan ayah-bunda? Nah lalu bagaimana caranya kita sebagai orang tua dapat membantu ananda yang pemarah?

Pada sebuah tayangan di media sosial, kita bisa menyaksikan bagaimana anak-anak menunjukkan kemarahannya tanpa mempertimbangkan kepada siapa dan bagaimana ananda menunjukkan kemarahan. 

Hal ini cukup memprihatinkan dan tidak hanya bisa selesai dengan mengatakan "skorsing/ time out" dan pemberian hukuman kepadanya. Namun perlu ada pemberian pemahaman tentang apa dan bagaimana caranya marah.

Sejak dini anak-anak tetap perlu ditanamkan etika dan moral yang baik yang berkaitan dengan bagaimana mengelola emosinya kepada siapa dan bagaimana. 

Jangan sampai kita sebagai orang tua menyesal karena telah melakukan pembiaran dan berharap bahwa ananda akan mengerti seiring berjalannya waktu. 

No, tidak bisa begitu ya ayah-bunda. Jika kita hanya melakukan skorsing dan memberi hukuman kepada ananda tanpa mengajari ananda mengelola emosi tiap kali ananda mulai berteriak, memukul, atau mengamuk, lalu kita menghukum ananda dengan berteriak balik...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun