Setiap orang tanpa terkecuali pasti memiliki kemampuan marah. Marah adalah luapan emosi yang dapat dirasakan seseorang tanpa terkecuali ketika ia merasakan sesuatu yang kurang berkenan atau tidak sesuai dengan keinginannya.Â
Marah alamiahnya merupakan sebuah reaksi yang normal saja karena siapa pun dapat merasakannya.
Ketika berpikir tentang anak-anak pemarah, pastilah kita beranggapan bahwa anak yang pemarah tumbuh dalam keluarga yang selalu memberi label "pemarah" kepada anak tersebut.Â
Anak-anak yang dibandingkan dengan saudara-saudaranya, dia jauh lebih mungkin mengamuk, memukul saudara-saudaranya, dan meneriaki orang tuanya.Â
Mengkhawatirkan bukan ayah-bunda? Nah lalu bagaimana caranya kita sebagai orang tua dapat membantu ananda yang pemarah?
Pada sebuah tayangan di media sosial, kita bisa menyaksikan bagaimana anak-anak menunjukkan kemarahannya tanpa mempertimbangkan kepada siapa dan bagaimana ananda menunjukkan kemarahan.Â
Hal ini cukup memprihatinkan dan tidak hanya bisa selesai dengan mengatakan "skorsing/ time out" dan pemberian hukuman kepadanya. Namun perlu ada pemberian pemahaman tentang apa dan bagaimana caranya marah.
Sejak dini anak-anak tetap perlu ditanamkan etika dan moral yang baik yang berkaitan dengan bagaimana mengelola emosinya kepada siapa dan bagaimana.Â
Jangan sampai kita sebagai orang tua menyesal karena telah melakukan pembiaran dan berharap bahwa ananda akan mengerti seiring berjalannya waktu.Â
No, tidak bisa begitu ya ayah-bunda. Jika kita hanya melakukan skorsing dan memberi hukuman kepada ananda tanpa mengajari ananda mengelola emosi tiap kali ananda mulai berteriak, memukul, atau mengamuk, lalu kita menghukum ananda dengan berteriak balik...