Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mendadak Tobat Gara-Gara Film "Sully"

1 April 2024   22:52 Diperbarui: 2 April 2024   00:50 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Sully sukses membuat saya tobat. Sumber: sullysullenberger.com.

Mayoritas orang mungkin akan menjawab masjid, kakbah, atau rumah ibadah jika ditanya tempat apa yang paling membuatmu dekat dengan Tuhan. Tapi kalau saya berbeda.

Tempat yang paling membuat saya merasa dekat dengan Tuhan adalah pesawat terbang.

Sebenarnya saya bukan orang yang takut naik pesawat. Bahkan hingga sekarang pun, saya rutin naik pesawat untuk urusan kedinasan. Paling tidak saya terbang naik pesawat sebanyak empat hingga delapan kali dalam satu triwulan.

Hanya saja, pernah ada satu masa di mana saya begitu takut tiap kali naik pesawat terbang. Fobia, lebih tepatnya. Saban naik pesawat, badan saya tiba-tiba menggigil. Tiap kali pesawat terguncang, saya buru-buru melantunkan doa.

Dalam imajinasi saya, pesawat yang saya tumpangi akan jatuh. Oleh karenanya, segala doa dan puja-puji untuk Tuhan saya keluarkan. Supaya kalau memang sudah takdirnya, mudah-mudahan Tuhan mengampuni doa saya.

Masa tidak menyenangkan itu terjadi kira-kira sembilan tahun silam. Saat saya masih bertugas di Manado, hampir tiap pekan saya mesti pulang ke Jakarta naik pesawat. Kala itu, saya dan pacar tengah mempersiapkan urusan pernikahan.

Nah, saking seringnya naik pesawat, lama-kelamaan saya jadi takut sendiri. Entah mengapa, linimasa akun YouTube saya kala itu dipenuhi oleh video kecelakaan pesawat terbang. Saya yang tidak sengaja menonton tentu saja terpengaruh.

Perjalanan Manado-Jakarta atau sebaliknya yang berdurasi sekitar tiga jam menjadi sangat mencekam. Saya tidak bisa tidur. Apalagi ketika pesawat tengah melintasi dataran Kalimantan. Awan di sana tebal-tebal sehingga melahirkan banyak guncangan.

Namun saya tidak memiliki pilihan lain. Urusan pernikahan tidak boleh saya tinggalkan hanya karena fobia terbang. Akhirnya saya terpaksa rela tersiksa dengan perasaan takut tiap kali terbang ke Jakarta.

Kamu yang punya fobia serupa pasti tahu rasanya tersiksa di dalam kabin pesawat. Gara-gara ketakutan, keringat dingin mengucur dari sekujur tubuh. Telapak tangan basah, mulut komat-kamit. Mau tidur susah, makan pun jadi tak selera.

Yang ada hanyalah pasrah dengan rasa takut dan berharap ujian segera berlalu. Lantaran fobia, tiga jam terasa seperti sehari semalam. Kalau pun akhirnya bisa diam, itu pun karena pura-pura berani. Padahal dalam hati cenat-cenut.

Fobia Kambuhan

Usai menikah, saya terbilang beruntung. Fobia saya lama-kelamaan berangsur-angsur mereda. Selain karena frekuensi terbang yang memang berkurang karena sudah tinggal bersama istri, rasa berani pun tiba-tiba muncul entah dari mana.

Hanya saja, berdamai dengan fobia itu berbeda dengan tidak pernah fobia. Perasaan takut naik pesawat itu bisa muncul lagi dan hilang seketika tanpa perlu aba-aba. Bahkan hingga sekarang.

Kalau dipikir-pikir, aneh, memang. Apalagi kalau tidak sengaja menonton video kecelakaan pesawat atau menonton film tentang kecelakaan pesawat, besar potensi rasa takut itu datang kembali.

Makanya, ketika Kompasiana memberikan topik “Film yang Bikin Tobat” untuk tantangan kompetisi Diari Ramadan hari ke-22, saya langsung terbetik film yang terinspirasi dari kisah nyata bertajuk “Sully”.

Film yang ditayangkan pada 2016 bercerita tentang Kapten Chesley “Sully” Sullenberg yang menerbangkan pesawat US Airways, dengan nomor penerbangan 1549, dari Bandara LaGuardia menuju Bandara Charlotte Douglas.

Baru beberapa menit lepas landas, Airbus A320 yang dinakhodai Kapten Sully dan kopilot Jeffery Skilies menabrak kawanan angsa Kanada. Alhasil, kedua mesinnya mengalami kegagalan dan pesawat terpaksa mendarat darurat di Sungai Hudson.

Tom Hanks, pemeran Kapten Sully di film Sully. Sumber: AFP.
Tom Hanks, pemeran Kapten Sully di film Sully. Sumber: AFP.

Sang Kapten memang sukses melakukan pendaratan darurat tanpa menelan korban jiwa. Masyarakat dan media kemudian mengelu-elukannya sebagai pahlawan atas keberhasilannya menyelematkan seluruh nyawa penumpang.

Akan tetapi, drama tidak berakhir sampai di sana. Kapten Sully mengalami gangguan stres pascatrauma dan berulang kali membayangkan pesawat menabrak gedung.

Belum lagi, hasil simulasi yang dilakukan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS punya kesimpulan yang berbeda dengan keputusan Kapten Sully. Menurut mereka, Sully seharusnya putar balik ke bandara dan melakukan pendaratan darurat di sana.

Dengan kata lain, otoritas keamanan AS menuduh Kapten Sully melakukan kesalahan sehingga membahayakan nyawa penumpang atas keputusannya mendaratkan pesawat di Sungai Hudson.

Karier Kapten Sully kontan tamat. Mula-mula ia dihantui dengan perasaan bersalah. Media mulai memojokkannya. Ia mengalami depresi ganda lantaran trauma dan dituduh membahayakan ratusan nyawa.

Pulihkan Reputasi

Seperti film Hollywood pada umumnya, film besutan trio Clint Eastwood, Time Moore, dan Allyn Stewart ini punya akhir yang bahagia. Happy ending, istilah kerennya.

Singkat cerita, Kapten Sully tidak menyerah. Ia membuktikan bahwa simulasi yang dilakukan dewan penyelidikan tidak masuk akal lantaran tidak memuat jeda layaknya seorang manusia yang tengah dirundung kebingungan tiba-tiba.

Setelah hakim memerintahkan untuk melakukan simulasi ulang dengan jeda 35 detik untuk memasukkan faktor manusia tadi, akhirnya keputusan Kapten Sully yang mendaratkan pesawat di Sungai Hudson memanglah keputusan terbaik.

Karakter Kapten Sully yang diperankan dengan sangat baik oleh aktor kawakan Tom Hanks membuat film ini terasa sangat riil. Buktinya, para kritikus menilai film ini sangat baik, seperti CinemaScore yang memberi nilai A.

Fobia pesawat saya jadi kambuh gara-gara film Sully. Sumber: Pixabay/garten-gg.
Fobia pesawat saya jadi kambuh gara-gara film Sully. Sumber: Pixabay/garten-gg.

Bagi saya, film ini sukses membuat fobia saya kambuh. Alhasil, doa-doa kembali saya panjatkan selama naik pesawat. Teriring janji untuk bertobat dan tidak ingin mengulangi kesalahan serupa di masa depan.

Mendadak tobat (lagi) gara-gara film “Sully”. Kalimat itu tepat menggambarkan perasaan saya usai menonton film dengan berbiaya produksi sebesar 60 juta dolar AS itu.

Sejujurnya, ketika tahu “Sully” hadir di layar lebar, saya sudah bisa menduga bahwa fobia saya akan muncul lagi setelah menonton. Hanya saja, daya tarik Tom Hanks kala itu tidak bisa saya kesampingkan dan tolak begitu saja.

Untung saja, fobia itu hanyalah kambuhan. Tidak seperti zaman dulu saat masih bertugas di Manado. Sekarang, paling-paling terjangan rasa takut itu muncul hanya saat lepas landas dan mendarat. Ketika sudah di atas, hati saya cenderung tenang-tenang saja.

Oleh sebab itu, saya tidak menyarankan pengidap fobia pesawat aktif menonton film “Sully”. Bisa-bisa mimpi burukmu terasa lebih panjang saat harus bepergian naik pesawat. Mending cari film yang lain saja. Daripada makin akut.

Sebaliknya, buat kamu pecinta film, “Sully” menjadi tontonan wajib yang perlu kamu nikmati minimal sekali seumur hidup. Selain karena dikemas dengan sangat menarik, film ini juga mengandung banyak nilai-nilai kebaikan.

Mulai dari kegigihan Kapten Sully memulihkan reputasi, hingga keikhlasan dalam mengarungi cobaan kehidupan. Dalam hidup, kendati kamu merasa mengambil keputusan yang paling benar, akan selalu ada orang lain yang menentang dan menantang.

Buat kamu yang ingin tobat, film “Sully” sangat saya rekomendasikan. Sebab di atas segala rencana terbaik manusia, akan selalu ada takdir Tuhan yang lebih berkuasa. Di titik inilah kamu perlu berserah diri, meminta petunjuk, dan mengharapkan ampunan-Nya. Apalagi sekarang bulan Ramadan.

Bukan begitu, Kawan? [Adhi]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun