Yang ada hanyalah pasrah dengan rasa takut dan berharap ujian segera berlalu. Lantaran fobia, tiga jam terasa seperti sehari semalam. Kalau pun akhirnya bisa diam, itu pun karena pura-pura berani. Padahal dalam hati cenat-cenut.
Fobia Kambuhan
Usai menikah, saya terbilang beruntung. Fobia saya lama-kelamaan berangsur-angsur mereda. Selain karena frekuensi terbang yang memang berkurang karena sudah tinggal bersama istri, rasa berani pun tiba-tiba muncul entah dari mana.
Hanya saja, berdamai dengan fobia itu berbeda dengan tidak pernah fobia. Perasaan takut naik pesawat itu bisa muncul lagi dan hilang seketika tanpa perlu aba-aba. Bahkan hingga sekarang.
Kalau dipikir-pikir, aneh, memang. Apalagi kalau tidak sengaja menonton video kecelakaan pesawat atau menonton film tentang kecelakaan pesawat, besar potensi rasa takut itu datang kembali.
Makanya, ketika Kompasiana memberikan topik “Film yang Bikin Tobat” untuk tantangan kompetisi Diari Ramadan hari ke-22, saya langsung terbetik film yang terinspirasi dari kisah nyata bertajuk “Sully”.
Film yang ditayangkan pada 2016 bercerita tentang Kapten Chesley “Sully” Sullenberg yang menerbangkan pesawat US Airways, dengan nomor penerbangan 1549, dari Bandara LaGuardia menuju Bandara Charlotte Douglas.
Baru beberapa menit lepas landas, Airbus A320 yang dinakhodai Kapten Sully dan kopilot Jeffery Skilies menabrak kawanan angsa Kanada. Alhasil, kedua mesinnya mengalami kegagalan dan pesawat terpaksa mendarat darurat di Sungai Hudson.
Sang Kapten memang sukses melakukan pendaratan darurat tanpa menelan korban jiwa. Masyarakat dan media kemudian mengelu-elukannya sebagai pahlawan atas keberhasilannya menyelematkan seluruh nyawa penumpang.
Akan tetapi, drama tidak berakhir sampai di sana. Kapten Sully mengalami gangguan stres pascatrauma dan berulang kali membayangkan pesawat menabrak gedung.