Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Dari Gubuk Itu Aku Belajar Arti Bersyukur

11 Maret 2024   23:35 Diperbarui: 11 Maret 2024   23:37 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku saat mewawancarai Lasmini. Sumber: dokumentasi pribadi.

Sorot mata tak berdosa itu jatuh tepat di hadapanku. Beralaskan tikar beratap rumbia, Zidan duduk seraya mengudap kerupuk hambar. Ia merengek meminta jajan. Permen, cokelat, atau camilan manis untuk anak seusianya.

Sambil menghela napas panjang, Lasmini berkata, untuk hari ini, hanya kerupuk yang sanggup ia suguhkan lantaran dagangannya belum banyak dibeli orang.

***

Lasmini adalah pedagang es buah pinggir jalan di sebuah desa bernama Palanjungan Sari, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Allah mengamanahinya dua orang anak lelaki.

Yang sulung bernama Zidan, berusia empat tahun. Sedangkan yang bungsu bernama Hafiz, baru saja beranjak dua tahun. Sehari-hari mereka tinggal di gubuk reyot yang pintu masuknya disulap menjadi kedai es buah kecil bersahaja.

Tepat sebulan lalu, suratan takdir membawaku bertemu Lasmini. Kala itu, aku tengah melaksanakan survei lapang untuk mendata kebutuhan bantuan penanganan tengkes (stunting) yang kantorku kerjakan di Hulu Sungai Utara.

Petugas Pemda membawaku menemui Lasmini dan berkata kedua anaknya masuk ke dalam daftar pemantauan tengkes setempat. Perekonomian Hulu Sungai Utara memang terbilang memprihatinkan. BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di sana mencapai lebih dari 15,49 juta jiwa pada 2022.

Kondisi ekonomi yang memprihatinkan itu membuat Hulu Sungai Utara menjadi daerah dengan angka prevalensi tertinggi tertinggi kelima di antara 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Fakta-fakta itulah yang membuatku datang bertemu Lasmini.

Aku saat memasuki gubuk Lasmini. Sumber: dokumentasi pribadi.
Aku saat memasuki gubuk Lasmini. Sumber: dokumentasi pribadi.

Usai memberi salam, aku duduk bersila di atas tikar---yang belakangan baru kutahu difungsikan sebagai alas tidur kedua anaknya. Kami pun memulai obrolan. Dari ceritanya, aku menyimpulkan nasib seakan tak pernah memihak Lasmini.

Setengah tahun lalu, suaminya di-PHK lantaran pabrik tempat suaminya bekerja menderita kerugian parah. Hingga saat ini, suaminya belum kunjung mendapat pekerjaan pengganti.

Alhasil, pendapatannya berkurang signifikan. Satu-satunya sumber pemasukan ialah warung es buah semata wayang, yang omzetnya hanya berkisar antara Rp50.000 hingga Rp100.000 per hari.

Lasmini pun mesti mengencangkan ikat pinggang. Sebagai "menteri keuangan" rumah tangga, Lasmini harus menekan pengeluaran. Termasuk mengurangi uang jajan bagi kedua buah hatinya.

Kendati dilanda ujian, Lasmini tidak pernah menyerah. Curahan kasih sayang dan perhatiannya kepada Zidan dan Hafiz tidak pernah alpa. Sambil berjualan, ia selalu menyempatkan diri untuk menyapih atau bermain dengan kedua anaknya.

Tatkala anaknya merengek meminta jajan, Lasmini tidak pernah marah. Ia selalu memilih kata-katanya dengan bijak karena tahu persis apa yang keluar dari mulutnya akan berdampak bagi tumbuh kembang anaknya.

Untuk menambah pemasukan, kata Lasmini, acapkali suaminya menerima tawaran tetangganya sebagai kuli serabutan. Jika sedang tidak ada proyek bangunan, ia bekerja di rumah membantu Lasmini memotong buah atau merebus air gula.

Aku saat mewawancarai Lasmini. Sumber: dokumentasi pribadi.
Aku saat mewawancarai Lasmini. Sumber: dokumentasi pribadi.

Saat aku datang mewawancarai Lasmini, kudapati suaminya tengah sibuk menguliti pepaya di belakang rumah. Mendengar itu semua, aku tak kuasa menahan sedih. Air mataku pecah, meleleh membasahi pipi.

Aku berpikir, betapa sulitnya menjadi Lasmini. Impitan ekonomi membatasi dirinya dari kewajiban memberi gizi yang cukup bagi kedua putranya. Hingga akhirnya kedua buah hatinya itu terpaksa mengidap stunting.

Namun, aku juga mendapat satu pelajaran penting dari Lasmini. Yakni bagaimana meniti sabar dan syukur. Kesulitan finansial tidak pernah membuatnya berputus asa. Ia tetap berdagang dengan tekun dan teguh.

Ia yakin dan percaya, sekeras apa pun dunia, manusia harus tetap berupaya. Sebab rezeki sudah diatur oleh Yang Mahakuasa. Kita hanya perlu berupaya menjemputnya hingga ajal tiba.

Meneladani Nabi

Sifat Lasmini kontan mengingatkanku pada Nabi Muhammad. Sang Teladan lahir ke dunia dengan misi membawa kebaikan bagi semesta alam.

Dari kehidupan Nabi, kita---umat muslim---bisa belajar bagaimana seorang manusia semestinya berperilaku. Dan dari sekian banyak perilaku yang bisa kita teladani, satu sikap yang paling sulit dipraktikkan umat manusia adalah bersyukur.

Begitu sulitnya memelihara sabar sampai-sampai Allah menurunkan satu ayat khusus kepada Nabi Muhammad untuk bersyukur.

Firman Allah itu diabadikan dalam Surat Ibrahim ayat 7, yang berbunyi, "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras. "

Nilai-nilai seperti itulah yang kutemukan pada diri Lasmini. Tak sekalipun keluhan atau gerutuan keluar dari lisannya saat aku mewawancarainya. Ia pun selalu berbaik sangka kepada Allah dan meyakini bahwa dengan sabar dan syukur dalam bekerja, suatu saat nanti takdir akan membawanya menuju kesejahteraan.

Ia percaya, dunia memang tempatnya berusaha. Dan setiap usaha, pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal dari Sang Pemilik Dunia.

Kelar mewawancarai Lasmini, tekadku bekerja keras kian membulat. Lekas-lekas kuselesaikan persyaratan penyaluran bantuan yang disyaratkan kantorku. Aku percaya, kedua buah hati Lasmini berhak memperoleh masa depan yang lebih baik lewat bantuan itu. Sebab mereka adalah lentera masa depan yang akan menerangi kehidupan Lasmini dan keluarganya.

Aku pun belajar, cara mengatasi tengkes ada dua. Pertama, mencukupi kebutuhan gizi bagi anak penderita stunting. Dan yang kedua, membangun infrastruktur pendukung kesehatan, termasuk di dalamnya meningkatkan kualitas fasilitas kesehatan.

Dari pelajaran tadi, ada dua hal yang kantorku berikan. Yakni bantuan paket susu untuk meningkatkan kualitas gizi penderita tengkes, serta bantuan alat kesehatan untuk memperbaiki kualitas layanan fasilitas kesehatan setempat.

Lasmini dan warga Kabupaten Hulu Sungai Utara saat menerima bantuan secara simbolis. Sumber: dokumentasi pribadi.
Lasmini dan warga Kabupaten Hulu Sungai Utara saat menerima bantuan secara simbolis. Sumber: dokumentasi pribadi.

Alhamdulillah, dalam waktu kurang dari sebulan, kedua bantuan itu sudah bisa disalurkan. Lasmini dan keluarga pun senang bukan kepalang seraya bersyukur. Aku pun ikut bersyukur karena bisa membantu meringankan kesulitan hidup Lasmini dan puluhan keluarga lainnya di Hulu Sungai Utara.

Pada akhirnya, momentum Ramadan yang sudah di depan mata memberiku banyak pelajaran tentang arti bersyukur. Dari kisah Nabi aku belajar, bagaimana tetap bersyukur saat mengarungi ujian kehidupan.

Dari cerita Lasmini pun aku belajar, bagaimana konsisten bersyukur menghadapi cobaan finansial. Sebagai pegawai kantoran, aku pun harus bersyukur saat bekerja. Karena dengan rasa syukur, percayalah, begitu banyak manfaat yang bisa kita berikan demi mewujudkan kesejahteraan sosial bangsa Indonesia. [Adhi]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun