Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sepucuk Sajak Rindu untuk Kampung Halamanku

30 April 2023   21:08 Diperbarui: 30 April 2023   21:14 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potret keluargaku. Aku tidak peduli dengan kebiadaban dunia sepanjang masih memilikimu, wahai Ibuku. (sumber: dokumentasi pribadi)
Potret keluargaku. Aku tidak peduli dengan kebiadaban dunia sepanjang masih memilikimu, wahai Ibuku. (sumber: dokumentasi pribadi)

Wahai kampung halamanku,

Ada satu pesanmu yang masih kuingat hingga kini. Pesan itu terus melekati batok kepala dan alam bawah sadarku. Pesanmu itu berbunyi, “Jadilah manusia yang berguna bagi manusia lainnya.”

Pesan itu memang tidak kaututurkan dalam kata-kata. Tidak pernah pula kauungkap dalam aksara. Pesan itu bersuara dari perilaku dan tindakanmu kepada dunia. Kepada keluarga. Dan kepadaku.

Aku berjanji, aku akan terus berupaya menjalani pesanmu. Berupaya mengikuti ajaranmu. Kendati tidak mudah, paling tidak aku berusaha. Kendati berulang kali gagal, paling tidak aku tiada pernah mengibarkan bendera putih.

Wahai rindu sejatiku,

Kehidupan memang tidak selalu seindah roman picisan. Ada kalanya kita menduka, ada kalanya kita bahagia. Dinamika dan kejat-kejut itu akan terus berulang hingga terompet sangkakala ditiupkan.

Begitu pula dengan Idulfitri. Ada saatnya kita berjumpa, ada saatnya kita bermaaf-maafan. Tapi ada pula kalanya kita berujar sampai jumpa, ada kalanya kita kembali ke tanah perantauan.

Sungguh, pertemuan akan terasa syahdu bila membawa rindu. Sebaliknya, perjumpaan akan terasa menyakitkan apabila menyimpan dendam. Maka aku berterima kasih kepada Tuhan yang menyempilkan rindu ketika bertemu denganmu, wahai Rindu Sejatiku.

Wahai Ibuku,

Aku menyadari, kedewasaanku kian mempersingkat perjumpaan. Aku juga memahami, cita-citaku sukses di perantauan mempersempit ruang bertemu. Tidak seperti dulu, ketika kita bersua setiap waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun