Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sepucuk Sajak Rindu untuk Kampung Halamanku

30 April 2023   21:08 Diperbarui: 30 April 2023   21:14 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingat bagaimana dulu, di tanah kelahiranku, engkau membesarkanku. Melindungiku dari kerasnya dunia. Memapahku menuju terang wawasan. Dan mengajariku tentang segala arti kehidupan.

Begitu akhir pekan tiba, engkau kayuh sepeda butut. Aku membonceng di jok belakang. Engkau kenalkan arti jual-beli dan mikroekonomi di pasar itu. Pasar rakyat tempat engkau berbelanja, pasar rakyat tempat aku meminta jajan sahaja.

Memori itu melekat kuat dalam lubuk sanubari. Tiada bisa lepas, tidak pula bisa lenyap. Kenangan yang membuatku mengerti tentang cinta sejati. Cinta abadi. Cinta seorang Ibu kepada anak bungsunya.

Teruntuk kampung halamanku,

Aku paham, tumbuh dewasa itu sebuah keniscayaan. Bertumbuh matang itu sebuah kepastian. Tapi di hadapanmu, aku tidak bisa mengubah diri. Aku adalah bocah ingusan yang membutuhkan peluk dan kasih sayang seorang Ibu.

Oleh sebab itu, saat kita bertemu, celotehku masih seperti dulu. Sajian favoritku masih sambal goreng hati buatanmu. Pelebur rinduku adalah pelukanmu. Dan sujud terbaikku adalah di bawah telapak kakimu.

Saat kita berjumpa, aku tidak ingin menjadi dewasa. Aku tidak ingin membawa kebengisan dunia dan ketidakarifan manusia ke dalam rumahmu. Aku mau seperti dulu. Ketika di dunia ini hanya ada engkau dan aku. Hanya kita berdua.

Kepada kampung halamanku,

Engkau tentu bangga atas apa yang telah kulalui. Atas capaian yang kuraih. Atas prestasi yang kuukir. Engkau pasti mengira anakmu telah bertumbuh menjadi sosok mandiri yang berdaya guna bagi istri dan bangsanya.

Yang mungkin engkau lupa, segala hal yang telah kujalani di dunia tidak ada artinya tanpa dukunganmu. Tanpa kasih sayangmu. Tanpa kasih cintamu. Semua yang berasal darimu itu masih kubutuhkan hingga nyawa lepas dari badan.

Maka ketika dunia telah menampakkan wujud aslinya, menyingkapkan ketidakadilannya, menyembulkan kebiadabannya, aku sungguh tidak peduli. Karena aku tahu, aku masih memilikimu, wahai Ibuku. Itu jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun