Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jerat Jerit Bakso Rusuk Mercon

24 April 2023   20:49 Diperbarui: 24 April 2023   20:50 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari balik kemudi, ruko dua lantai berdinding hijau itu tampak begitu menggoda. Segera kutatap layar ponsel. Ternyata nyaris pukul dua belas siang. Sejak pagi tadi, perut kami memang belum terisi.

Udah laper, belum?” Aku bertanya kepada Sang Pujaan Hati.

Istriku mengangguk.

Tanpa berpikir panjang, aku membanting setir ke arah kiri. Kuparkir mobil tepat di muka ruko. Benar saja. Baru turun satu kaki, aroma daging sapi langsung menjerat hidung, kemudian menikam lambung.

Tampak muka Kedai Bakso Rusuk Raos. (sumber: dokumentasi pribadi)
Tampak muka Kedai Bakso Rusuk Raos. (sumber: dokumentasi pribadi)

BAKSO RUSUK RAOS. Kualitasnya Daging Sapi Pilihan.

Selera kami kian tergoda usai membaca kalimat pada spanduk yang dipasang tepat di depan ruko. Dari wanginya, tampaknya memang bukan daging sapi abal-abal.

Dengan penuh percaya diri, kami masuk ke dalam ruko, kemudian menghampiri penjualnya.

“Bang, bakso rusuknya dua porsi, ya!”

***

Ramah dan cepat. Itu kesan pertama yang kami tangkap. Tidak sampai lima menit, bakso rusuk pesanan kami tiba di atas meja makan. Lengkap dengan senyum ramah dari pramusaji yang tengah bertugas.

Istri saya memesan bakso rusuk. Saya memesan menu yang sama, tapi dengan sedikit tambahan. Usai membaca menu, saya penasaran dengan bakso mercon. Jadilah bakso rusuk mercon. Maklum, saya memang penyuka kuliner pedas.

Apa yang kami pesan benar-benar tidak mengecewakan. Melebihi ekspektasi, malah. Bakso semangkok penuh itu disajikan panas-panas. Lengkap dengan toping bihun, mi kuning, dan sayur-sayuran.

Bakso rusuk yang dikombinasikan dengan bakso mercon. (sumber: dokumentasi pribadi)
Bakso rusuk yang dikombinasikan dengan bakso mercon. (sumber: dokumentasi pribadi)

Akan tetapi, yang membuat rasa lapar kian membumbung, tidak lain dan tidak bukan adalah aroma daging sapinya. Wanginya begitu kuat. Semakin menegaskan bahwa bakso ini terbuat dari daging sapi berkualitas.

Setelah mencoba, apa yang kami duga ternyata benar adanya. Aroma daging sapi langsung menyeruak, memenuhi lidah. Kuahnya begitu gurih. Tekstur baksonya terasa kenyal. Tidak keras, tidak pula lembek. Pas.

Rasa pedas dari bakso merconnya pun terasa pas. Pedasnya tidak sampai mengganggu selera makan. Kira-kira, tidak sepedas menggigit cabai rawit bulat-bulat. Tapi lebih pedas dari cabai ulek basah yang biasa kita jumpai di meja makan.

Bagi kami berdua, porsinya juga terasa pas. Tidak terlalu banyak, tapi jauh dari kata sedikit. Cukup untuk mengganjal perut yang sejak pagi tadi menjerit lantaran belum kunjung diisi. Maklum, takut terjebak macet arus mudik.

Faktor Pembeda

Faisal, pramusaji yang melayani kami hari itu, bercerita. Katanya, resep yang digunakan untuk membuat bakso ini sebenarnya sama dengan resep yang digunakan oleh pedagang bakso lainnya.

Yang membuatnya terasa berbeda adalah cara membuat kaldunya. Kata Faisal, untuk mendapat kuah bakso yang gurih, tulang rusuk sapi dan tetelannya dimasak lebih lama. Supaya saripati sapi yang terkandung di dalamnya benar-benar keluar.

Faisal juga bercerita, sudah sepuluh tahun bosnya menggeluti usaha kuliner bakso yang berlokasi di Jalan Kasuari Raya Nomor 9, Kelurahan Mekarmukti, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi ini. Selama itu pula, pelanggannya tetap setia.

Dewasa ini, pedagang bakso memang harus pandai-pandai memilih dan memilah faktor pembeda. Pasalnya, kuliner yang berasal dari daratan Cina ini terus bertumbuh dan berkembang.

Bakso rusuk dan mercon. Dua jenis aliran bakso yang dipilih Kedai Bakso Rusuk Raos sebagai faktor pembeda. (sumber: dokumentasi pribadi)
Bakso rusuk dan mercon. Dua jenis aliran bakso yang dipilih Kedai Bakso Rusuk Raos sebagai faktor pembeda. (sumber: dokumentasi pribadi)

Modifikasi dan rupa-rupa aliran kian mewarnai khazanah bakso di Tanah Air. Sebut saja bakso urat, Bakso Solo, Bakso Malang, bakso kikil, bakso keju, bakso jamur, bakso mercon, hingga bakso rusuk.

Dua jenis yang terakhir itulah yang dipilih kedai Bakso Rusuk Raos sebagai jalan ninja. Sebagai titian mengais rezeki, berbagi berkah dengan 2,5 juta pedagang bakso lainnya yang ada di Indonesia.

Paham bahwa persaingan usaha kuliner bakso kian ketat, Faisal bercerita, sejak pandemi Covid-19 melanda, Bakso Rusuk Raos mulai memperluas akses pasar ke ranah digital. Pelanggan bisa pesan antar lewat aplikasi super yang namanya pasti Anda hafal.

Bagi yang berkunjung langsung dan tidak sempat ambil uang, jangan khawatir. Di meja kasir Bakso Rusuk Raos telah tersedia kanal pembayaran digital QRIS. Mengutip semboyan QRIS yang selalu digaungkan Bank Indonesia: transaksi pembayaran jadi lebih cepat, mudah, murah, aman, dan andal.

Rasionalitas di Balik Semangkuk Bakso

Berbicara soal bakso, rasa-rasanya tidak salah kalau kita menetapkan sajian ini sebagai kuliner favorit Nusantara. Pasalnya, di mana pun kita berada di Tanah Air, dengan mudah kita akan menemukan pedagang bakso.

Usut punya usut, ada alasan mengapa bakso sangat dicintai orang kita. Yang paling kuat, mengutip Kompas.com, adalah faktor rasional. Dari sisi produsen, membuat bakso terbilang mudah. Bahan-bahannya pun gampang ditemukan.

Adapun teknik atau kiat tertentu dalam pembuatan bakso hanyalah variasi. Pintar-pintarnya pedagang bakso memilah faktor pembeda, supaya rasa baksonya juga berbeda. Tapi secara umum, proses pembuatannya sama.

Yakni daging sapi giling yang dicampur sagu, kemudian dikemas dalam bentuk bola-bola. Selanjutnya tinggal direbus sampai mendidih. Jadilah bakso yang banyak kita jumpai.

Faisal, pramusaji Kedai Bakso Rusuk Raos, tengah menyiapkan semangkuk bakso rusuk. (sumber: dokumentasi pribadi)
Faisal, pramusaji Kedai Bakso Rusuk Raos, tengah menyiapkan semangkuk bakso rusuk. (sumber: dokumentasi pribadi)

Dari sisi konsumen, harga semangkuk bakso umumnya sangat terjangkau. Rata-rata mulai dari sepuluh ribu perak saja. Harga yang terjangkau itulah yang membuat kuliner bakso tidak pernah ditinggalkan oleh pelanggannya.

Apalagi Indonesia bermusim dua. Saat musim hujan tiba, omzet pedagang bakso biasanya juga kian meningkat. Pasalnya, bakso memang cocok dinikmati saat cuaca dingin atau hujan.

Saking kentalnya bakso dalam batok kepala orang Indonesia, sampai-sampai kata “bakso”, yang awalnya berupa kata benda, bisa diubah jadi kata kerja. Caranya, tambahkan saja awalan takbaku “nge-" di depan kata “bakso”.

Pernah dengar kalimat ini, kan? “Sore-sore begini, enaknya nge-bakso!”

Itulah bukti sahih bahwa bakso telah menjadi salah satu favorit yang mewarnai khazanah kuliner Nusantara.

Menopang Ekonomi Nasional

Dari kacamata ekonomi, dengan membeli semangkuk bakso, Anda turut memberi berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Saya katakan demikian karena faktanya, seperti dikutip Databoks, hampir sepuluh persen jenis makanan yang dijual UMKM Indonesia adalah bakso.

Sementara kita tahu, UMKM adalah tulang punggung ekonomi nasional. Pada masa krisis, baik krisis moneter 1997 maupun krisis pandemi Covid-19, UMKM terbukti tangguh menghadapi deraan resesi ekonomi.

Usaha-usaha kecil itu, termasuk bakso, menopang ekonomi nasional. Dengannya, roda ekonomi tetap berputar, menghadirkan pundi dan rezeki ke sebagian besar penduduk Indonesia.

Pilihan menu bakso di Kedai Bakso Rusuk Raos. (sumber: dokumentasi pribadi)
Pilihan menu bakso di Kedai Bakso Rusuk Raos. (sumber: dokumentasi pribadi)

Dengan argumen itu, maka saya merasa beruntung bisa berjumpa pedagang bakso di tengah perjalanan mudik Lebaran. Saya merasa mujur terjerat kelezatan Bakso Rusuk Raos yang tidak membuat kantong menjerit.

Selain rasa lapar yang tertuntaskan, ada sisi emosional yang terpuaskan. Yakni puas berbagi rezeki kepada tulang punggung ekonomi negeri. Puas turut serta mendorong sektor ekonomi kreatif agar maju dan berjaya di negeri sendiri. [Adhi]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun