Yakni daging sapi giling yang dicampur sagu, kemudian dikemas dalam bentuk bola-bola. Selanjutnya tinggal direbus sampai mendidih. Jadilah bakso yang banyak kita jumpai.
Dari sisi konsumen, harga semangkuk bakso umumnya sangat terjangkau. Rata-rata mulai dari sepuluh ribu perak saja. Harga yang terjangkau itulah yang membuat kuliner bakso tidak pernah ditinggalkan oleh pelanggannya.
Apalagi Indonesia bermusim dua. Saat musim hujan tiba, omzet pedagang bakso biasanya juga kian meningkat. Pasalnya, bakso memang cocok dinikmati saat cuaca dingin atau hujan.
Saking kentalnya bakso dalam batok kepala orang Indonesia, sampai-sampai kata “bakso”, yang awalnya berupa kata benda, bisa diubah jadi kata kerja. Caranya, tambahkan saja awalan takbaku “nge-" di depan kata “bakso”.
Pernah dengar kalimat ini, kan? “Sore-sore begini, enaknya nge-bakso!”
Itulah bukti sahih bahwa bakso telah menjadi salah satu favorit yang mewarnai khazanah kuliner Nusantara.
Menopang Ekonomi Nasional
Dari kacamata ekonomi, dengan membeli semangkuk bakso, Anda turut memberi berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Saya katakan demikian karena faktanya, seperti dikutip Databoks, hampir sepuluh persen jenis makanan yang dijual UMKM Indonesia adalah bakso.
Sementara kita tahu, UMKM adalah tulang punggung ekonomi nasional. Pada masa krisis, baik krisis moneter 1997 maupun krisis pandemi Covid-19, UMKM terbukti tangguh menghadapi deraan resesi ekonomi.
Usaha-usaha kecil itu, termasuk bakso, menopang ekonomi nasional. Dengannya, roda ekonomi tetap berputar, menghadirkan pundi dan rezeki ke sebagian besar penduduk Indonesia.