“Bagi ibu-ibu, kunci masuk surga itu tidak sesulit bapak-bapak. Kalau bapak-bapak ingin masuk surga, mereka wajib berlaku adil. Selain itu, mereka wajib menafkahi keluarga, mengajarkan ilmu agama, menjaga rahasia dan aib keluarga, hingga berlaku baik kepada keluarganya. Pokoknya susah, deh.”
Ibu-ibu mengangguk seraya tersenyum. Kali ini mereka merasa di atas angin.
“Kalau ibu-ibu, syaratnya cuma dua. Patuh sama suami dan menunaikan perintah wajib agama. Itu saja.”
Senyum jamaah kian melebar. Dalam hati, mereka bersorak gembira. Mereka berpikir, untung jadi wanita.
“Dalam konteks menjalankan kepatuhan kepada suami tadi, seorang istri juga mesti bertutur kata lembut dan sopan kepada suami.”
Pertanyaan Wanita Berkerung Jingga
Kata-kata Ustaz Banu begitu menentramkan hati ibu-ibu. Pasalnya, selama ini kampung sebelah tempat ibu-ibu bermukim memang dikenal tenteram. Tidak ada satu pun kasus perceraian dalam sepuluh tahun terakhir. Keluarga di kampung itu memang terkenal rukun dan damai.
Maka dari itu, raut wajah ibu-ibu kian terang-benderang. Bayang-bayang surga sudah menanti di depan mata.
Kecuali satu wanita berkerudung jingga.
Wajahnya tampak muram. Ketika yang lain terlihat semringah, sejak awal wanita itu memasang tampang masam. Raut penasaran juga terlihat jelas. Seperti ingin bertanya, tetapi tidak ada satu pun kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Gelagat tidak lazim itu akhirnya ditangkap oleh Ustaz Banu. Merasa perlu memberi kesempatan bertanya, Sang Ustaz melanjutkan ceramahnya.