Saya bilang puasa itu nikmat karena, selain cerita kawan saya tadi, sebenarnya saya juga pernah merasakan halangan berpuasa.
Jadi begini ceritanya. Menyoal kesehatan, tahun 2016 s.d. 2017 adalah masa-masa sulit bagi saya. Pada masa itu saya menderita vertigo. Tanpa ada penyebab yang jelas, rasa pusing tujuh keliling seringkali menyerang secara tiba-tiba.
Karena datang tanpa aba-aba, saya bisa terserang vertigo di mana dan kapan saja. Sedang bekerja, pernah. Sedang presentasi di hadapan orang banyak, pernah. Sedang berkendara, pernah. Sedang bepergian naik pesawat, juga pernah.
Yang paling ngeselin kalau Si Vertigo menyerang saat saya sedang berpuasa.
Saya harus segera mencari pegangan atau rebahan. Supaya tubuh tidak roboh, supaya badan tidak ambruk. Aktivitas apa pun yang tengah saya lakukan, harus saya hentikan. Jika kebetulan tengah beraktivitas dengan orang lain, biasanya saya meminta izin keluar ruangan untuk menenangkan diri.
Memang, sih, saya tidak pernah sampai membatalkan puasa gara-gara terserang vertigo. Karena biasanya, setelah saya merebahkan diri barang 30 menit, rasa pusing tujuh keliling jadi jauh berkurang. Saya pun bisa kembali melanjutkan aktivitas seperti biasa, kendati harus tetap waspada kalau-kalau Si Vertigo datang lagi.
Tapi tetap saja tidak enak, kawan!
Saya harus membatasi aktivitas. Misalnya, saya tidak pernah menyetir mobil seorang diri. Minimal harus ada kawan atau istri di sebelah. Khawatir kalau sendirian, tiba-tiba vertigo menyerang dan saya gagal mengendalikan diri, risiko kecelakaan bukan tidak mungkin menjadi kenyataan.
Hingga akhirnya, setelah menemui tiga dokter spesialis yang berbeda, barulah saya tahu apa yang menyebabkan saya terserang vertigo. Kata dokter ketiga, ada dua.
Pertama, telat menangani rabun jauh. Sebelumnya saya tidak berkacamata. Mata saya tidak minus, apalagi plus. Gara-gara faktor usia, minus saya muncul dan terus bertambah.