Seperti film-film jadul lainnya, adegan perkelahian atau bela diri menjadi bumbu cerita. Tidak ketinggalan, Toyota Land Cruiser FJ40 yang diidentikkan sebagai mobil penjahat muncul sebelum adegan bela diri. Membawa gerombolan pemuda pembuat onar yang pada akhirnya takluk di tangan Kesatria Bergitar.
Bagi saya pribadi, kesederhanaan alur cerita itu sungguh tiada duanya.
Hal itu pula yang menurut saya film religi jadul seakan tak habis ditelan zaman. Banyak film baru bermunculan, tetapi Nada dan Dakwah kekal dalam ingatan.
Terlebih film ini dibintangi sederet aktor dan aktis ternama pada zamannya. Mulai dari Deddy Mizwar, Ida Iasha, Fuad Alkhar, Nani Widjaja, Zainal Abidin, hingga “Dai Sejuta Umat” K.H. Zainuddin MZ.
Daya tarik Rhoma Irama memang tiada lawannya. Itulah alasan mengapa film ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Khususnya bagi penggemar garis keras Sang Raja Dangdut.
Di samping menjalani karier sebagai pentolan grup musik dangdut Soneta Band, Rhoma memang dikenal cukup eksis dan menjadi aktor langganan industri film nasional pada era 1970-an hingga 1990-an.
Kekuatan karakter itulah yang membuat Rhoma Irama selalu memerankan sosok pemuda yang sama dengan namanya. Seakan telah menjadi konsensus publik pada masanya, apa pun filmnya, jagoannya tetap Rhoma Irama.
Berbekal sederet bintang film nasional, Nada dan Dakwah berhasil menyabet Best Original Story dan Best Sound pada ajang penghargaan Festival Film Indonesia tahun 1992.
Tidak cukup sampai di situ, film yang ditulis oleh Asrul Sani itu juga masuk sebagai nominasi Best Film, Best Director, Best Actor, Best Supporting Actor, dan Best Original Score. Keren, kan?
Memetik Dua Pelajaran
Jika Anda sudi menonton kembali film yang kini berseliweran di laman YouTube, maka Anda akan memetik dua pelajaran penting dari Nada dan Dakwah.