Di era digital, komunikasi yang efektif sangat penting dalam advokasi kebijakan publik. Dengan meluasnya penggunaan platform media sosial, kelompok advokasi dapat memanfaatkan potensi jangkauan dan keterlibatan platform-platform tersebut untuk memperkuat pesan mereka dan memobilisasi dukungan untuk tujuan mereka. Artikel ini menguraikan strategi pemanfaatan media sosial sebagai alat komunikasi advokasi yang ampuh.
Nah apa saja sih elemen kunci dari strategi advokasi media sosial yang efektif untuk advokasi kebijakan publik? Yuk kita bahas.
Advokasi adalah tindakan berbicara menentang ketidakadilan dan mendesak perubahan. Ini melibatkan pembelaan hak-hak orang lain, bahkan ketika kita sendiri tidak terpengaruh secara langsung" (American Civil Liberties Union, 2018).
Tujuan dari advokasi kebijakan publik adalah untuk mendapatkan komitmen pembelaaan dan pendampingan untuk menjamin hak-hak konstitusional seseorang atau masyarakat secara demokratis dan adil (Wahyudi, 2008: 26).
Media memainkan peran penting dalam advokasi kebijakan dengan memanfaatkan berbagai alat dan pendekatan untuk berkomunikasi dengan pembuat kebijakan, pemimpin, anggota masyarakat, dan kelompok advokasi lainnya. Berikut merupakan peran media sosial dalam advokasi:
1. Aktivisme kebijakan media bertujuan untuk menjadikan proses analisis kebijakan media lebih transparan dan mengkampanyekan perubahan struktural dalam sistem media yang meningkatkan demokrasi dan mendistribusikan kembali sumber daya media
2. Hal ini melibatkan akademisi yang memasukkan penelitian ilmiah mereka ke dalam gerakan demokrasi media dan berpartisipasi aktif dalam gerakan social
3. Liputan dan pertimbangan berbasis media penting dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi hasil kebijakan, seperti yang terlihat dalam kasus reformasi pilihan sekolah di Indiana
4. Kampanye advokasi media secara strategis menggunakan media untuk mengarahkan perhatian pada tujuan dan solusi kebijakan, mempengaruhi pembuat kebijakan dan menghasilkan perdebatan publik
5. Hasil dari advokasi media dapat mengarah pada perubahan kebijakan, seperti amandemen legislatif dan kebijakan keamanan, namun penting bagi para advokasi untuk mengatasi semua dimensi masalah dan membangun koalisi untuk memperkuat upaya mereka.
Media sosial telah menjadi alat yang ampuh untuk advokasi karena beberapa kelebihannya, antara lain:
0 Jangkauan Luas: Media sosial memungkinkan advokat menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam, termasuk mereka yang mungkin tidak terlibat secara tradisional.
Kemudahan Penyebaran Pesan: Platform media sosial memfasilitasi penyebaran pesan dengan cepat dan mudah, memungkinkan advokat untuk mengkampanyekan masalah dan menjangkau pengikut dalam waktu nyata.
Fitur Penggalangan Dana/Petisi: Banyak platform media sosial menyediakan fitur yang memungkinkan advokat menggalang dana atau mengumpulkan tanda tangan petisi, memberikan peluang untuk dukungan dan pengaruh yang lebih besar.
Contoh kasusnya yaitu pada pemilihan presiden 2024, Menjelang pemilihan presiden 2024 berbagai partai politik dan calon presiden serta wakil presiden telah mulai melakukan kampanye secara intensif. Adanya konten kampanye politik di media sosial semakin kaya secara visual. Produksi konten dan belanja iklan politik di media sosial juga meningkat baik dari segi biaya maupun kualitas visualnya. Partai politik di media sosial semakin beragam menjelang pemilu 2024. Tidak hanya melalui konten gratis yang dibagikan oleh peserta pemilu dan simpatisannya, tetapi juga melalui informasi yang disebarkan oleh influencer atau opinion leader. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh keaktifan peserta pemilu atau partai politik, akan tetapi juga karena pasangan calon presiden dan wakil presiden serta calon anggota legislatif dan pendukungnya memiliki banyak modal yang cukup untuk mendukung aktivitas digital mereka.
Pengguna media sosial perlu mempelajari etika dalam Penggunaan Media Sosial antara lain:
1. Pentingnya Akurasi Informasi
Sebelum membagikan berita atau informasi, penting untuk memeriksa sumbernya. dan memastikan kebenarannya.
2. Hormati Privasi dan Batasan Individu serta menghargai pendapat orang lain Penting untuk menghormati privasi orang lain saat berada di media sosial
3. Hindari Pelecehan dan Cyberbullying
Media sosial bukan tempat untuk melakukan pelecehan, hinaan, atau intimidasi terhadap orang lain.
4. Berkontribusi secara Positif
Sosial media dapat menjadi platform untuk berbagi pengetahuan, inspirasi, dan dukungan.
5. Pilih Kata dengan Bijak
Penggunaan kata-kata yang kasar, ofensif, atau merendahkan tidak hanya tidak etis, tetapi juga dapat menyakiti perasaan orang lain.
6. Bijak dalam Mengelola Konflik Konflik dapat terjadi di media sosial, dan penting untuk menanggapi dengan bijak.
7. Bersikap Empatis dan Peduli Kesadaran terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain adalah aspek penting dari etika sosial media.
Strategi media sosial bisa diartikan sebagai kombinasi perencanaan sebuah komunikasi dengan manajemen melalui platform digital yang mampu menampilkan secara audio dan visual (Johan Firdaus, Lady Joanne, & Felicia, 2022).
Adapun berbagai strategi advokasi media sosial antara lain:
1. Tujuan Jelas: Menentukan tujuan yang jelas untuk kampanye advokasi. Apakah itu peningkatan kesadaran, perubahan kebijakan, atau dukungan untuk sebuah masalah tertentu.
2. Identifikasi Audiens: Kenali audiens target dengan baik. Memahami kebutuhan. kekhawatiran, dan keinginan mereka sehingga pesan advokasi yang disampaikan dapat menyentuh hati mereka.
3. Konten Menarik: Membuat konten yang menarik dan relevan. Dengan menggunakan gambar, video, infografis, dan cerita yang kuat untuk menarik perhatian audiens kita.
4. Konsistensi: Menjadwalkan postingan secara teratur dan konsisten. Hal ini membantu membangun kehadiran kita di media sosial dan menjaga audiens tetap terlibat.
5. Gunakan Hashtag: Dapat Memanfaatkan hashtag yang relevan dan populer untuk memperluas jangkauan kampanye advokasi kita. Dan memastikan untuk melakukan riset terlebih dahulu tentang hashtag yang tepat untuk digunakan.
6. Kolaborasi dengan Influencer: Melakukan kerja sama dengan influencer atau tokoh terkenal yang memiliki audiens yang besar dan terlibat di bidang advokasia yang sama dapat membantu meningkatkan visibilitas kampanye kita.Â
7. Interaksi Aktif: Mampu berinteraksi secara aktif dengan audiens kita. Tanggapi komentar, pertanyaan, dan masukan dengan sopan dan informatif.
8. Edukasi dan Informasi: Selain menyebarkan pesan advokasi, kita juga dapat memberikan edukasi dan informasi yang berguna tentang isu yang kita advokasi. Hal ini dapat membantu membangun pemahaman yang lebih baik di antara kita dan audiens.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam advokasi media sosial yaitu misinformasi.
Jenis-jenis misinformasi meliputi:
1. Misinformasi: Informasi yang tidak akurat atau tidak benar yang disebarluaskan tanpa adanya maksud menipu penerima informasi
2. Disinformasi: Informasi salah yang sengaja dibuat dan disebarkan dengan tujuan mengelabui penerima
3. Malinformasi: Informasi yang benar berdasarkan penggalan atau keseluruhan fakta obyektif, tetapi cara pengemasan informasinya dibuat sedemikian rupa agar merugikan pihak lain.
Peranan media sosial dalam pemberdayaan masyarakat di Indonesia terus berkembang. dengan peningkatan penggunaan media sosial yang semakin meluas. Hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memperjelas konsep pemberdayaan dan meningkatkan kontrol atas kehidupan mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H