Manusia yang memiliki علم atau ilmu pasti nafsunya adalah keinginan memiliki sesuatu atau ملك dan disebutkan dalam Kitab Al Hikam
إِرَ ادَ تُــكَ الـتَّجْرِ يْدَ مَـعَ إِقَامَـةِ اللَّهِ إِ يَّـاكَ فيِ اْلأَسْبَابِ مِنَ الشَّـهْـوَ ةِ الْخَفِـيـَّةِ.
وَ إِرَادَ تُـكَ اْلأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللَّهِ إِ يَّـاكَ فيِ الـتَّجْرِ يْدِ اِنحِطَاطٌ مِنَ الْهِمَّةِ الْعَـلِـيـَّةِ
"Keinginanmu untuk semata- mata beribadah, sementara Allah masih menegakkan engkau di dalam orang yang berusaha menggapai dunia, merupakan syahwah/nafsu yang tersamar (halus). Dan keinginanmu kepada orang yang berusaha menggapai dunia, pada saat Allah sudah menegakkan engkau dalam semata- mata beribadah, merupakan suatu kejatuhan dari himmah atau semangat cita-cita yang tinggi."
Dalam hal ini adalah Syech Ibnu Atha'illah menerangkan 2 jenis manusia yang mempunyai ilmu
1. Ilmu Dunia : Manusia yang berilmu dan terikat sebab-akibat dan ditundukkan hidupnya oleh tanggung jawab dunia,
2. Ilmu Akhirat : Manusia yang berilmu dan terikat keinginan kepuasan Allah atau رضا الله dan ditundukkan hidupnya oleh tanggung jawab akhirat.
Tetapi Syech Ibnu Atha'illah menerangkan bahwa yang berilmu dunia tetapi keinginan memiliki takwa kepada Allah adalah wujud nafsu yang halus atau الشَّـهْـوَ ةِ الْخَفِـيـَّةِ, begitu pula sebaliknya bahwa yang berilmu akhirat tetapi keinginan memiliki dunia adalah wujud nafsu yang bodoh atau telah jatuh dari keutamaan.
Tetapi ada hal yang saya tangkap dalam kondisi sosial yang belum disebut dalam pasal tersebut. Yaitu:
1. Orang yang berilmu keduanya, dalam hal ini secara pribadi orang yang memiliki Ilmu Dunia sekaligus Ilmu Akhirat adalah salah satu orang yang saya muliakan seperti Nabi Sulaiman AS.
2. Orang yang bodoh keduanya, adalah mereka yang merasa ketika bersama orang ahli Ilmu Akhirat berkata bahwa dia ahli Ilmu Dunia dan begitu pula ketika bersama ahli Ilmu Dunia dia berkata bahwa dia ahli Ilmu Akhirat.