Mohon tunggu...
Nyak OemarAyri
Nyak OemarAyri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak berbakat di bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Gadai Jiwa

29 Juli 2020   18:26 Diperbarui: 29 Juli 2020   18:50 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cipt. Nyak Oemar Ayri

Tilikan-tilikan menikam disebar luaskan begitu cepat

Menipu dengan selebaran surat-surat tak guna

Penuhkan kantong kosong sampai tak ada ruang

Memainkan peran dengan bangga penuh kelicikan

Siang malam kulihat manusia-manusia bertumbangan

Satu persatu jatuh dalam wabah kutukan mengerikan

Jangan hiraukan jeritan-jeritan yang memekakkan telinga

Terus berjalan dengan goresan pena dan lahirlah kebijakan

Aku, kamu, dia semua berada dalam genggam ketakutan

Dalih-dalih palsu menjadi makanan yang saban hari dinikmati

Jangan harap solidaritas, kemanusian telah lama punah

Boom.. Tinggal tunggu hitungan menit semua luluh lantah

Yang berkuasa terus menambang emas mencari celah

Penuhi keserakahanmu dengan kebijakan yang bernilai palsu

Jangan hiraukan suara tangisan bayi kehabisan susu

"Orang tua miskin tak seharusnya memiliki bayi" ucapnya.

Kini keserakahan tak hanya menjerat mereka yang ada dalam istana

Semua sudah terjangkit, mulai merambah pada dunia pendidikan

Rektor-rektor yang bijaksana, jangan lupakan anak-anakmu!

Mereka menangis darah dilanda kebingungan dan kekhawatiran

Jangan berikan mutiara palsu untuk meredam tangisan

Putuskan kebijakan yang benar bijak tak hanya intrik belaka

Anak-anakmu menggadai jiwa, panas duka menuntut haknya

Jangan peras mereka yang akan menjadi penerus bangsa

Ingatlah jika kau mati merekalah penggantinya, mereka berkuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun