Kita masih belum dapat beranjak, dengan paradigma lulusan sekolah pribumi yang dibuat oleh Belanda. Tujuan lulus sekolah, hanya menjadi juru ketik di sekolah kerajaan. Pendidikan sebatas untuk kebutuhan perang dan kolonial.
Seperti fenomena generasi kita, yang tak tahu setelah lulus sekolah mau melakukan apa?
Pun ketika tujuan pendidikan hanya sebatas menghafal rumus dan teori, yang terjadi adalah tumbukan tak berkesudahan antara ilmuan sains dan ilmuan sosial.
Sebab melupakan hal penting yang harus diajarkan dalam pendidikan, nilai moral universal yang hanya dapat diraih dalam agama.
Dan kita pun melihat sejarah panjang bangsa ini, adalah perjuangan yang berlandaskan Islam. Perang Diponegoro selama 5 tahun pun disebut Perang fi sabilillah di zaman itu, yang sumber semangatnya adalah Jihad Islam.
Yang Islam sendiri masih 'dimusuhi' dan 'dianaktirikan' oleh bangsa ini, melalui narasi terorisme yang menyasar lembaga pendidikan pesantren dan madrasah.
Teriakan Bung Tomo di 10 November 1945 kala itu, berkelindan dalam pikiran saya saat ini.
"Slogan kita tetap sama. Merdeka atau mati. Dan kita tahu saudara-saudara, bahwa kemenangan akan ada di pihak kita, karena Tuhan ada di sisi yang benar. Percayalah, saudara-saudara. Bahwa Tuhan akan melindungi kita semua. Allahu Akbar.. ! Allahu Akbar..!
"Merdeka!"
***
Bagaimana mengetahui tolak ukur kebangkitan bangsa?