Randi adalah penganut kristen katolik yang taat, sementara Salma cinta mati dengannya walau orang tuanya penganut Islam ala NU yang ta’at banget.
Mereka adalah mahasiswa S1 semester 5 di Univ. Negeri, fakultas ilmu budaya. Melihat kebiasaan kampus yang sedemikian bebas, namanya juga budayaa, rambut semir di ujung aja ngga masalah di sana, gondrong-gondrong dekil pulak ngga ada yang tanya agamanya apa, mereka saling menjalin cinta.
Ya, pacaran.
Dan Kamila mengamati mereka dengan pandangan sinis, walau ia penganut Muslim Salafi ta’at yang telah di ajarin untuk tidak mencari-cari kesalahan orang. Sering sengaja nyapa tiba-tiba saat mereka lagi mau ciuman di belakang gedung, memergokin Salma yang asyik nge-date di kulineran ibukota sana Randy.
Kamila adalah akhwat jomblo dan geng ukhty-ukhty yang sering di cap ‘golongan islam radikalis’
Beda pulak dengan Aldo, si cowok biasa yang juga nguntitin Randy dan Salma sebab iri ngelihat Salma jalan ama cowok lain. Ia bocah culun, namun rajin sholat lima waktu. Sering kesal sendiri, melihat status baru via IG dan twitter :
“Hai gayss, kita lagi berduaan nih,, uhh malem ni dingin bangett,, untung ada kamu yang nge hangatin hatikyuuu....:V (Maksudnya emot cupss) ”
Beda agama, dua penguntit. Kemanakah jalan cinta mereka berlabuh?
Dan di sisi kegelapan yang lain, muncul sosok bertopeng hitam rata ngga punya ekspresi bernama Author, yang mencintai kisah manusia lebih dari siapapun di dunia ini. Ia sering menuliskan detik-detik pengamatannya :
Pukul 12.00-Randy dan Salma mau ciuman lagi, Kamila lompat!-es krimnya jatuh di kepala Salma!-Aldo buru-buru nawarin sekotak tisu, menggantikan posisi Randi yang kesal “Apaan sih?!”
Pukul 21.00 besok -Randy mengirim ucapan selamat tidur bebebebkuu, Salma balas emot cium, sementara Aldo malah naik ke tower telepon (?) matiin sinyal! Kamila ngga jadi ngirim status ngehujat cinta beda agama di postingannya Salma (Via IG)
Pukul 13.00 besok-besooknya terus—Randy dan Salma terlibat cekcok akibat Randy akhir-akhir ini sering telponan dengan cewek lain. Sementara Salma dikira punya cowok lain pulak akibat sifatnya yang berubah suka nonton sepak bola (padahal mereka sama2 ngga suka!) Kamila dan Aldo bertemu, niatnya mau nguntit pulak. Namun ketahuan deh, pulang malahan.
Pukul 01.00 very very besok—Randy ingin menikahi Salma, rela meninggalkan cewek-ceweknya yang suka nggantengnya. Namun ortu Salma menolak tegas! “Kamu kristen!” mereka berencana kawin lari.
Sampai di sini, Aldo dan Kamila tidak kelihatan lagi, sudah lelah menguntit. Barang tak ada gunanya, buat apa coba? Mereka sudah lulus pulak.
Beralih ke cerita Kamila, kita coba tinggalkan tiga orang itu.
Sekarang, untuk mendapat sudut pandang yang lain apakah nikah agama mendatangkan kebahagiaan? Ia masuk ke sebuah sesi interview, yang di adakan cumutcumut.com kepada 20 responden dari seluruh Indonesia.
Berangkat dari sebuah prasangka : “Pasti, tak ada yang setuju nikah beda agama!”, Kamila mendapatkan berbagai jawaban yang berbeda.
Apa pendapatmu mengenai nikah beda agama? "Rata-rata :setuju, yaa dukung sih, susah kalau di Indonesia, kan agama urusan individu? Bisa aja tapi ortu itu yang ganjel, nggak!,, keluarga gue beda agama kok dan ortu gue butuh 17 tahun pacaran buat yakinin orang tuanya supaya nikah,,"
Dari sini, pikiran Kamila terbuka. Giliran ia menyampaikan pendapat.
Apakah cinta beda agama ujung-ujungnya bahagia.
Ia tersenyum.
Sementara disisi Randy dan Salma, mereka sepakat buat kabur dari rumah dengan membawa keyakinan dan tekad.
Aldo matiin sinyal telepon lagi (btw, dia kang wifi celuler sekarang)
“Cinta beda agama, menurut saya itu adalah kebodohan terbesar di samping opini sampah kaum sekuler yang menganggap kami ini adalah orang Islam Radikal!”
Di sudut apartemen sempit, Randy dan Salma hidup. Tanpa wifi kota yang sengaja dimatiin Aldo lantaran dendam ama status mesra di media sosial
“Mengapa anda berkata seperti itu?”
“Karena, saya melihat kenyatannya”
Meski terlihat bahagia, tentu Salma yang masih sedikit-sedikit sholat, ikut pula ke gereja bersama Randy dan anak-anak. Saat tumbuh besar, mereka tidak mengenal kakek neneknya, pun, kehidupan agama dan sosial mereka ngga juga di atur sama orang tua.
“Kenyataan pahit dengan adanya narasi gila Cinta Beda Agama, lah apa yang menjadi tujuan utama mereka melakukannya? Apakah dengan itu, mereka akan membangun generasi yang berkeyakinan kuat? Apakah mereka akan mengikat tali hubungan dengan orang tua, atau justru merusaknya?
Lalu, Aldo yang beranjak tua masih ngejomblo, bertemu siswi SMA di sudut jalan lagi terpekur. Ia tanya, “Rumahmu mana?” yang di tanya menggeleng. Ia tak mau hidup di dunia yang membosankan itu.
“Tapi saya sadar kesalahan saya waktu mahasiswa. Bahwa orang-orang yang semacam itu jangan di benci secara verbal atau kita terang-terangan memusuhinya. Menguntit, bikin status. Saya hampir tidak melakukan apapun yang berguna untuk mereka!”
Randy dan Salma tengah kelimpungan mencari anak mereka, hingga mau ikut aliran sesat.
“Maka dalam interview kalian yang mencari pembenaran cinta beda agama, saya menolaknya. Bahwa cinta harus menimbulkan manfaat dalam hubungan sosial dengan siapapun. Kita tidak bisa membiarkan agama dan manusia terpisah menjadi saling terasing. Apa yang mau kalian cari? Kalian hanya sedang menghancurkan diri sendiri”
Aldo berfoto selfie dengan si anak SMA.
“Apa yang mau kalian bawa kalau mati nanti? Keyakinan apa yang ingin kalian tinggalkan untuk menguatkan keturunan ini? Yang tidak sedinamis budaya yang berubah-ubah menurut nafsu, atau peraturan pemerintah yang labil. Tidak ada Tuhan yang namanya manusia! Tuhan ada untuk satu aturan yang benar!”
Tukang interview pun bertanya lagi, “Apa itu berarti, kita harus mendefinisikan lagi cinta dan kebahagiann itu kah maksudmu?”
Randy dan Salma sakit hati, anaknya rela dan sepenuh hati menikah dengan Aldo tanpa surat nikah, tanpa agama. Tanpa aturan. Tanpa KTP. Dan bebas bermain media sosial di telkom milik perusahaan.
Kamila menggeleng.
“Tidak. Cinta dan pengorbanan itu satu paket dengan pilihan keyakinan agama.
Kebahagiaan ada di setiap pilihan, namun pilihanmu-lah yang nantinya dapat memperbaiki, atau merusak keseimbangan alam.
Muhammad sang nabi telah mengajariku semua itu”
Ctakkkkkk!!
Author membanting pena-nya. Ia harus memiliki wajah yang pasti sekarang, ngga gelap dan datar gini. Ngga pula harus nguntit perilaku orang lain terus.
“Astaga, beginikah akhirnya?”
Boyolali, 17 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H